kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar Saham Global Kompak Terkoreksi Setelah The Fed Berikan Sinyal Lebih Hawkish


Kamis, 27 Januari 2022 / 16:13 WIB
Pasar Saham Global Kompak Terkoreksi Setelah The Fed Berikan Sinyal Lebih Hawkish


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekuitas berjangka Amerika Serikat (AS) dan bursa saham di AS melemah pada perdagangan Kamis (27/1). Investor melihat sinyal yang diberikan Ketua The Fed sebagai tanda bahwa kenaikan suku bunga akan dilakukan pada bulan Maret dan kemungkinan pengetatan agresif yang tak terduga. 

Pasar saham di Jepang dan Korea Selatan melorot dimana saham  Samsung Electronics Co turun setelah labanya meleset dari target. Pasar saham Australia turun 10% dari puncaknya pada Agustus 2021. Bursa saham China dan Hong Kong juga sedang berjuang. Kontrak AS membalikkan kenaikan  menjadi lebih rendah setelah rencana kebijakan The Fed menghapus reli Wall Street pada Rabu. 

S&P 500 berjangka turun 0,7% pada 10:31 pagi di Tokyo. S&P 500 turun 0,2%, Nasdaq 100 berjangka turun 0,8%, Nasdaq 100 naik 0,2%. Lalu Indeks Topix Jepang turun 1,3%, Indeks S&P/ASX 200 Australia turun 1,7%, Indeks Kospi Korea Selatan turun 2,4%, Indeks Shanghai Composite China turun 0,2%, Indeks Hang Seng Hong Kong turun 1,9%

Jerome Powel Ketua The Fed memperkuat tekan The Fed untuk memadamkan inflasi yang mencapai rekor tertinggi dalam satu generasi di tengah pemulihan ekonomi yang kuat dari dampak pandemi.  The Fed mengatakan, proses pengurangan neraca akan dimulai setelah bunga kredit naik. 

Baca Juga: The Fed Isyaratkan Akan Segera Naikkan Suku Bunga, dan Rencana Pengurangan Neraca

Treasury yang jatuh temponya lebih panjang memaangkas penurunan dari sesi AS, tetapi imbal hasil tetap lebih tinggi setelah komentar Powel. Kesenjangan antara imbal hasil tenor 5 tahun dan 30 tahun tercaatat paling sempit sejak 2019. 

Obligasi global melempem, termasuk di Selandia Baru dan Australia. Dolar berada di level tertinggi suatu bulan, sementara mata uang terkait komoditas melemah. Bayang-bayang pengetatan kebijakan dari The Fed telah mendorong aksi jual saham dan obligasi tahun ini. Investor menyesuaikan diri dengan surutnya stimulus di era pandeme dan mempertanyakan apakah kebijakan itu akan menimbulkan resiko bagi mementum pemulihan ekonomi. 

Steven Englander, Kepala Global G-10 FX research di Standard Chartered Bank mengatakan, pertemuan FOMC bermain lebih hawkish dari yang mereka perkirakan. "Pernyataan FOMC sebagian besar seperti yang diantisipasi, tetapi Ketua Fed Powell menekankan risiko naik ke inflasi, menunjukkan langkah penarikan kebijakan yang stabil," kata Englander dikutip Bloomberg, Kamis (27/1).

Powell mendukung kenaikan suku bunga pada bulan Maret dan membuka pintu untuk kenaikan yang lebih sering dan berpotensi lebih besar dari yang diantisipasi.

Baca Juga: Disuntik SoftBank & Temasek, Valuasi Perusahaan Crypto Exchange Ini Jadi US$ 8 Miliar

Pedagang swap sekarang menetapkan harga di sekitar 30 basis poin pengetatan pada pertemuan bank sentral berikutnya di bulan Maret. The Fed biasanya menaikkan suku bunga dengan kenaikan 25 basis poin, sehingga penetapan harga semacam itu menunjukkan bahwa setidaknya kenaikan standar sudah pasti dan ada sekitar satu dari lima kemungkinan kenaikan 50 basis poin.

Di sisi lain, harga minyak mentah turun tipis.  Minyak mentah West Texas Intermediate berada di US$ 87,18 per barel atau koreksi turun 0,2%. Harga emas memperpanjang penurunan dimana turun lagi 0,2% ke level US$ 1.816,60 per ounce. Lalu Bitcoin goyah di sekitar level US$ 37.000.

Di antara sorotan perusahaan, laba Tesla Inc mengalahkan perkiraan tetapi sahamnya melemah dalam perdagangan yang diperpanjang setelah perusahaan tersebut mengatakan masalah rantai pasokan akan membatasi output. Intel Corp. jatuh karena perkiraan laba yang mengecewakan.

Sementara itu, Pershing Square Capital Management sekarang berada di antara 20 pemegang saham terbesar Netflix Inc., kata Bill Ackman dalam sebuah tweet pada hari Rabu.




TERBARU

[X]
×