Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - LONDON. Pasar saham global bersiap mencatat pekan terbaiknya sejak Agustus pada Jumat (8/11) ini.
Didukung oleh kemenangan telak Donald Trump dalam pemilu Amerika Serikat (AS) dan upaya baru China dalam memberikan dukungan fiskal untuk memperkuat ekonominya yang melambat.
Sehari setelah The Fed melakukan pemotongan suku bunga sebesar seperempat poin, perhatian investor beralih kembali pada dampak pemilu AS serta perkembangan kebijakan dari Beijing.
Baca Juga: Barack Obama Ucapkan Selamat Atas Kemenangan Presiden Trump dan Senator Vance
Yuan di pasar offshore melemah, sementara saham perusahaan China yang terdaftar di AS dan sektor yang terkait dengan China di Eropa juga turun, mencerminkan kekecewaan investor atas paket stimulus yang diumumkan China.
Saham berjangka AS sedikit melemah, indeks STOXX Eropa turun 0,7%, sementara indeks Nikkei Jepang ditutup naik 0,3%.
Pergerakan yang moderat ini menutupi kenaikan kuat di pasar saham selama pekan ini, terutama di Wall Street, di mana kemenangan Trump meningkatkan ekspektasi pengurangan regulasi dan pemotongan pajak yang dapat mendorong ekonomi AS.
Indeks S&P 500 naik lebih dari 4% minggu ini, siap mencatat pekan terbaiknya dalam lebih dari setahun. Indeks MSCI Global juga naik lebih dari 3% menuju pekan terbaik sejak Agustus, mendekati rekor tertinggi.
“Kemenangan Trump yang telak memberikan mandat untuk memperbaiki ekonomi AS. Jadi, pajak akan turun, birokrasi akan berkurang, dan regulasi akan lebih longgar,” ujar Guy Miller, Chief Markets Strategist di Zurich Insurance Group.
“Antara sekarang hingga akhir tahun, ada angin segar untuk saham AS. Potensi pasar AS besar.”
Di tempat lain, indeks saham DAX Jerman turun setelah mencatat performa harian terbaiknya di tahun 2024, didorong oleh ekspektasi bahwa Jerman mungkin akan menghapus batasan utang.
Baca Juga: Didukung Trump Effect, Harga Bitcoin Diperkirakan Capai US$ 88.000 di Akhir Tahun
Kekecewaan Stimulus China
China mengumumkan paket utang senilai 10 triliun yuan (US$1,4 triliun) untuk mengatasi kesulitan pembiayaan pemerintah daerah dan menstabilkan pertumbuhan ekonomi.
Menteri Keuangan Lan Foan menyatakan bahwa lebih banyak stimulus akan datang, meskipun beberapa analis memperkirakan bahwa Beijing mungkin tidak ingin mengeluarkan semua kebijakan keuangannya sebelum Trump resmi menjabat pada Januari.
Saham blue-chip China yang naik 3% pada Kamis, turun 1% pada Jumat, begitu juga dengan indeks Hang Seng di Hong Kong, mengindikasikan kehati-hatian pasar menjelang pengumuman tersebut.
Yuan offshore melemah 0,3% menjadi 7,1730 per dolar, sementara saham sektor mewah dan pertambangan Eropa yang terkait dengan China turun lebih dari 3%.
“Jika tidak ada tambahan stimulus pada malam ini, pengumuman fiskal hari ini adalah kekecewaan bagi mereka yang mengharapkan stimulus besar-besaran,” kata Mark Williams, kepala ekonom Asia di Capital Economics.
Baca Juga: Elon Musk Prediksi Justin Trudeau Lengser pada Pemilu Kanada Mendatang
Pemotongan Suku Bunga The Fed
Imbal hasil US Treasury menurun setelah Ketua The Fed Jerome Powell pada Kamis memberikan sinyal pendekatan kebijakan yang hati-hati.
Pemotongan suku bunga ini mengikuti pemotongan seperempat poin oleh Bank of England dan pemotongan setengah poin oleh Swedia pada Kamis.
Imbal hasil Treasury tenor 10-tahun turun 3 basis poin menjadi 4,31%, setelah mengalami kenaikan tajam usai hasil pemilu AS.
Powell mengatakan hasil pemilu Selasa tidak akan memiliki dampak “jangka pendek” pada kebijakan moneter AS.
“The Fed menunjukkan pandangan ekonomi yang lebih tidak pasti dan inflasi yang masih tinggi,” ujar Mahmood Pradhan, kepala ekonomi makro global di Amundi Investment Institute.
“Bersamaan dengan kemungkinan perubahan kebijakan di bawah pemerintahan baru, kami memperkirakan laju pelonggaran yang lebih hati-hati tahun depan.”
Baca Juga: The Fed Pangkas Suku Bunga 25 bps, Bagaimana dengan Bank Indonesia?
Indeks dolar, yang mengukur nilai dolar terhadap enam mata uang utama lainnya, turun menjadi 104,36, setelah jatuh 0,7% pada Kamis, penurunan terbesar sejak 23 Agustus.
Pada Rabu, indeks ini melonjak 1,53%, mencatat peningkatan terbesar dalam lebih dari dua tahun, mencerminkan volatilitas meningkat seiring investor menganalisis dampak kebijakan administrasi Trump yang baru.
Euro dan pound sedikit melemah terhadap dolar, sementara dolar AS turun hampir 0,5% menjadi 152,31 yen.
Bitcoin naik sedikit di atas US$76.000, menyusul lonjakan hampir 10% minggu ini, mencapai rekor tertinggi US$76.980 pada Kamis.
Trump telah berjanji untuk menjadikan AS sebagai “pusat kripto global.”
Setelah minggu yang penuh gejolak, emas turun 0,6% menjadi $2.691, setelah anjlok lebih dari 3% pada Rabu, namun kembali naik 1,8% pada malam sebelumnya. Minggu lalu, emas melonjak ke rekor tertinggi sepanjang masa $2.790,15.
Sedangkan minyak mentah Brent memangkas penurunan selama perdagangan di London dan terakhir turun 1% menjadi US$74,86 per barel. Sementara West Texas Intermediate AS turun 1,2% menjadi US$71,45 per barel.