Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - KYIV. Pasukan Rusia telah memasuki pinggiran Kota Sievierodonetsk di Ukraina, Gubernur Luhansk mengatakan pada Senin (30/5), menggambarkan pertempuran "sangat sengit" di reruntuhan kota.
Rusia telah memusatkan senjatanya pada pusat populasi besar terakhir yang masih dipegang oleh pasukan Ukraina di Provinsi Luhansk, dalam upaya untuk mencapai salah satu tujuan yang Presiden Vladimir Putin nayatakan setelah tiga bulan perang.
Penembakan yang tak henti-hentinya membuat pasukan Ukraina mempertahankan reruntuhan di Sievierodonetsk, tetapi penolakan mereka untuk mundur telah memperlambat serangan besar-besaran Rusia di seluruh wilayah Donbas.
Gubernur Luhansk Serhiy Gaidai menyatakan, pasukan Rusia telah maju ke pinggiran tenggara dan timur laut Sievierodonetsk. Namun, pasukan Ukraina telah mendorong Rusia keluar dari Desa Toshkivka ke selatan.
"Menduduki Sievierodonetsk adalah tugas mendasar bagi penjajah. Kami melakukan semua yang kami bisa untuk menahan kemajuan ini," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam pidato yang disiarkan televisi, seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: Rusia: Pembebasan Wilayah Dobas di Ukraina Merupakan Prioritas Tanpa Syarat
"Sekitar 90 persen bangunan rusak. Lebih dari dua pertiga perumahan di kota telah hancur total," ungkapnya.
Sementara Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menegaskan pada Minggu (29/5), pembebasan wilayah Donbas Ukraina adalah prioritas tanpa syarat bagi Rusia, sementara wilayah Ukraina lainnya harus memutuskan masa depan mereka sendiri.
"Pembebasan wilayah Donetsk dan Luhansk, yang diakui oleh Federasi Rusia sebagai negara merdeka, merupakan prioritas tanpa syarat,” tegas Lavrov, menurut sebuah pernyataan yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri Rusia, seperti dilansir Reuters.
Untuk sisa wilayah di Ukraina, dia berkata: "Saya tidak percaya bahwa mereka akan dengan senang hati kembali ke otoritas rezim neo-Nazi yang telah membuktikan itu adalah Russophobia pada dasarnya. Orang-orang ini harus memutuskan sendiri".
Serangan Rusia, Lavrov menegaskan, menjadi "tak terhindarkan" setelah negara-negara Barat gagal mengindahkan apa yang dia gambarkan sebagai peringatan tentang pengabaian Ukraina, dan serangan militer terhadap warganya yang berbahasa Rusia.