Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - KYIV. Pasukan Rusia pada hari Rabu (2/3) dilaporkan telah memasuki kota pelabuhan strategis Ukraina, Kherson. Walikota Kherson juga melaporkan bahwa pasukan Rusia memaksa masuk ke gedung dewan.
Kota Kherson ada di selatan Ukraina dan terletak secara strategis di mana Sungai Dnipro mengalir ke Laut Hitam. Kherson terancam akan menjadi kota penting pertama yang jatuh ke tangan Rusia.
Dilansir dari Reuters, Kementerian Pertahanan Rusia pada hari Rabu mengumumkan telah menangkap Kherson. Beberapa jam setelahnya, seorang penasihat Presiden Volodymyr Zelensky menegaskan pihak Ukraina terus mempertahankan kota berpenduduk sekitar 250.000 orang tersebut.
Baca Juga: Presiden Zelenskyy: Rusia Bertujuan untuk Menghapus Ukraina, Sejarah, dan Rakyatnya
Sementara itu, juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Igor Konashenkov dalam pernyataannya menegaskan bahwa pihaknya telah berhasil menguasai Kherson. Ia juga memastikan bahwa segala layanan publik masih beroperasi dengan normal.
"Divisi Angkatan Bersenjata Rusia telah menguasai Kherson di bawah kendali penuh. Layanan publik dan transportasi beroperasi seperti biasa. Kota ini tidak mengalami kekurangan makanan dan barang-barang pokok," ungkap Konashenkov, seperti dikutip dari Channel News Asia.
Pada Rabu malam waktu setempat, Walikota Kherson Igor Kolykhayev mengatakan pasukan Rusia berada di jalan-jalan kotanya. Kepada para pasukan Rusia, Kolykhayev hanya meminta agar mereka tidak menembaki warga.
"Ada pengunjung bersenjata di komite eksekutif kota hari ini. Saya tidak meminta apa-apa kepada mereka. Saya hanya meminta mereka untuk tidak menembak orang," kata Kolykhayev.
Baca Juga: Pasukan Rusia Berhasil Masuk, Pertempuran Pecah di Jalan Kota Kharkiv Ukraina
Sejak invasi dimulai pada 24 Februari lalu, Rusia memang fokus untuk menduduki ibu kota Kyiv. Namun, sampai saat ini Rusia masih belum berhasil menggulingkan pemerintahan.
Satu minggu setelahnya, dilaporkan sudah ada ribuan orang yang kehilangan nyawa, termasuk di antaranya adalah warga sipil. Sekitar 870.000 warga Ukraina juga dilaporkan telah melarikan diri dari negaranya sendiri.
Invasi Rusia ke Ukraina kali ini disebut sebagai serangan terbesar terhadap negara Eropa sejak 1945, atau sejak Perang Dunia II.