Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - VATIKAN. Turut menyoroti masalah keamanan di Afghanistan, Paus Fransiskus mengajak seluruh umat Kristen di seluruh dunia untuk berdoa serta berpuasa demi perdamaian di Afghanistan.
Berbicara kepada para peziarah di Lapangan Santo Petrus untuk pemberkatan mingguan hari Minggu (29/8), Paus Fransiskus menyampaikan kekhawatirannya yang besar serta merasakan penderitaan mereka yang berduka atas insiden bom bunuh diri di bandara Kabul hari Kamis (26/8) pekan lalu.
Secara khusus, Paus Fransiskus juga menegaskan bahwa dirinya akan dekat dengan semua pihak yang mencari bantuan dan perlindungan.
Pernyataan Paus tersebut seolah mengindikasikan bahwa Paus, dan Vatikan, siap memberikan bantuan kepada orang-orang yang kini berusaha meninggalkan Afghanistan.
"Sebagai umat Kristen, situasi seperti ini harus menyatukan semuanya. Dan karena itu, saya mengimbau kepada semua orang untuk berdoa secara intensif dan melaksanakan puasa, doa dan puasa, doa dan taubat. Sekarang saatnya untuk melakukannya," ungkap Paus Fransiskus, seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: Paus Fransiskus Tentang China: Dialog Tidak Nyaman Lebih Baik Daripada Tidak Dialog
Lebih lanjut, Paus meminta semua untuk terus membantu mereka yang membutuhkan, serta berdoa agar dialog dan solidaritas dapat membawa kehidupan yang damai dan persaudaraan yang menawarkan harapan bagi masa depan Afghanistan.
Di Afghanistan, jumlah umat Kristen sangatlah sedikit. Hampir semua umat Kristen yang ada merupakan orang asing yang bekerja di kedutaan atau pekerja bantuan di berbagai sektor.
Insiden bom bunuh diri di bandara Kabul pada hari Kamis mendapat perhatian khusus dari Paus Fransiskus. Serangan tersebut menewaskan puluhan warga Afghanistan dan 13 tentara AS yang ada di luar gerbang bandara.
Saat kejadian, bandara dipadati oleh ribuan orang yang masih berusaha melarikan diri dari Afghanistan sejak Taliban kembali menguasai negara tersebut.
Islamic State Khorasan (ISIS-K), afiliasi militan yang sebelumnya memerangi pasukan AS di Suriah dan Irak, mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.