Sumber: Channel News Asia | Editor: S.S. Kurniawan
Komentarnya muncul setelah pasukan keamanan meningkatkan penggunaan kekuatan mematikan terhadap pengunjuk rasa anti-kudeta, meskipun ada permintaan dunia internasional untuk menahan diri.
Sebagian besar negara telah gempar sejak militer menggulingkan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi bulan lalu, dengan ratusan ribu orang turun ke jalan untuk menuntut kembali ke demokrasi.
Shamdasani menyuarakan keprihatinan bahwa Kantor HAM PBB menghadapi kesulitan yang meningkat untuk mengonfirmasi informasi di lapangan, menunjuk pada penerapan darurat militer di berbagai kota di dan sekitar Yangon serta Mandalay.
Kantor HAM PBB mengatakan, jumlah korban tewas telah meningkat tajam dalam beberapa hari terakhir, dengan 11 orang pada Senin (15/3), 39 orang pada Minggu (14/3), dan 18 orang pada Sabtu (13/3).
Shamdasani bilang, angka-angka itu, yang pasti terlalu rendah, termasuk orang-orang yang tewas di Kotapraja Yangon Hlaing Tharyar "selama penumpasan dengan kekerasan oleh pasukan keamanan setelah aktor tak dikenal membakar pabrik yang dioperasikan atau diinvestasikan China".