kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

PBB: 149 orang tewas dan ratusan hilang selama demo anti-kudeta Myanmar


Selasa, 16 Maret 2021 / 21:20 WIB
PBB: 149 orang tewas dan ratusan hilang selama demo anti-kudeta Myanmar
ILUSTRASI. Seorang pria yang ditembak selama tindakan keras pasukan keamanan terhadap pengunjuk rasa anti-kudeta menunjukkan penghormatan tiga jari saat dia dibantu di Thingangyun, Yangon, Myanmar, 14 Maret 2021. REUTERS/Stringer


Sumber: Channel News Asia | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - JENEWA. PBB pada Selasa (16 Maret) mengecam lonjakan kematian di Myanmar sejak kudeta militer 1 Februari, memperingatkan bahwa pengunjuk rasa yang ditahan menghadapi penyiksaan dan ratusan orang hilang.

"Jumlah korban tewas melonjak selama sepekan terakhir di Myanmar, di mana pasukan keamanan telah menggunakan kekuatan mematikan secara agresif terhadap pengunjuk rasa damai," kata juru bicara Kantor Hak Asasi Manusia PBB Ravina Shamdasani kepada wartawan, seperti dikutip Channel News Asia.

Secara total, menurut dia, Kantor HAM PBB menyebutkan, total 149 orang tewas dalam penumpasan protes sejak 1 Februari. Tetapi, lembaga itu menekankan, jumlah sebenarnya pasti jauh lebih tinggi.

Menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), lebih dari 180 orang tewas, termasuk 74 orang pada Minggu (14/3) saja.

Baca Juga: Kenaikan harga pangan dan bahan bakar mengancam Myanmar pasca kudeta

Selain pembunuhan, Shamdasani memperingatkan, pasukan keamanan terus menangkap dan menahan orang secara sewenang-wenang di seluruh negeri, dengan sedikitnya 2.084 orang saat ini ditahan.

"Laporan penyiksaan yang sangat menyedihkan di dalam tahanan juga telah muncul," ungkapnya.

Ratusan orang ditahan

Kantor Kantor Hak Asasi Manusia PBB menetapkan, "setidaknya lima kematian dalam tahanan telah terjadi dalam beberapa pekan terakhir," katanya. "Setidaknya dua tubuh korban menunjukkan tanda-tanda penganiayaan fisik yang parah yang memperlihatkan mereka disiksa".

Selain itu, "ratusan orang yang telah ditahan secara tidak sah tetap tidak ditemukan dan belum diakui oleh otoritas militer," ujar Shamdasani. "Ini sama dengan penghilangan paksa".

Baca Juga: Situasi memburuk, Myanmar terapkan darurat militer di dua kota

Komentarnya muncul setelah pasukan keamanan meningkatkan penggunaan kekuatan mematikan terhadap pengunjuk rasa anti-kudeta, meskipun ada permintaan dunia internasional untuk menahan diri.

Sebagian besar negara telah gempar sejak militer menggulingkan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi bulan lalu, dengan ratusan ribu orang turun ke jalan untuk menuntut kembali ke demokrasi.

Shamdasani menyuarakan keprihatinan bahwa Kantor HAM PBB menghadapi kesulitan yang meningkat untuk mengonfirmasi informasi di lapangan, menunjuk pada penerapan darurat militer di berbagai kota di dan sekitar Yangon serta Mandalay.

Kantor HAM PBB mengatakan, jumlah korban tewas telah meningkat tajam dalam beberapa hari terakhir, dengan 11 orang pada Senin (15/3), 39 orang pada Minggu (14/3), dan 18 orang pada Sabtu (13/3).

Shamdasani bilang, angka-angka itu, yang pasti terlalu rendah, termasuk orang-orang yang tewas di Kotapraja Yangon Hlaing Tharyar "selama penumpasan dengan kekerasan oleh pasukan keamanan setelah aktor tak dikenal membakar pabrik yang dioperasikan atau diinvestasikan China".

Selanjutnya: Pabrik milik China dibakar, 39 orang tewas di Myanmar




TERBARU

[X]
×