Sumber: BBC | Editor: Rizki Caturini
JENEWA. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan korban tewas akibat kerusuhan yang terjadi Suriah sejak Maret 2011 mencapai angka 2.200 orang.
Komisioner Hak Asasi Manusia (HAM) PBB Navi Pillay bilang, sejak bulan suci Ramadan dimulai awal Agustus, korban tewas telah tecatat sebanyak 350 orang. Sekretaris Umum PBB Ban KI-moon selanjutnya menyatakan bahwa Presiden Bashar al-Assad tidak menjaga perkataannya yang berjanji akan menghentikan operasi militer di negaranya.
Menurut laporan investigasi PBB, kekuatan militer terus melakukan penyerangan dengan menggunakan altileri untuk melawan demonstrasi damai yang dilakukan warga Suriah. Militer juga menguasai pemukiman warga di berbagai kota.
Pertemuan darurat di Jenewa, kemarin (22/8) yang diikuti oleh 47 anggota dewan itu mempertimbangkan rancangan resolusi untuk segera menghentikan semua tindakan kekerasan di Suriah.
Resolusi PBB ini juga menekankan adanya kebutuhan mendesak untuk mengirim komisi internasional yang independen untuk melakukan penyelidikan akan adanya pelanggaran HAM di negara tersebut sejak Juli 2011.
Duta Besar Suriah untuk PBB Faysal Kabbas Hamoui membela pemerintahannya dengan menolak dianggap tidak memegang janji untuk menghentikan operasi militer di Suriah. "Kami dijadikan sasaran kampanye yang menyesatkan dari beberapa negara yang bertujuan untuk melemahkan Suriah dan mencoba mengubah posisi politiknya," ujarnya.
Imogen Foulkes, wartawan BBC di Jenewa mengatakan, meski dewan HAM PBB berencana membawa komisi internasional atas nama kemanusiaan ke sana, tetap saja kekuasaan PBB untuk menekan pemerintahan Suriah berada di tangan Dewan Keamanan PBB.
"Yang jelas tujuan pertemuan kemarin itu adalah untuk meningkatkan tekanan kepada Assad untuk mundur dari jabatannya sebagai Presiden Suriah," ujar Pillay.