Sumber: CNBC | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - ROMA. Program Pangan Dunia PBB (WFP) mengakui bahwa krisis pangan global yang terjadi saat ini lebih terkait dengan keterjangkauan, bukan tentang ketersediaan. Perang di Ukraina jadi salah satu penyebab naiknya harga pangan.
Arif Husain, kepala ekonom di WFP, mengatakan bahwa perang memang telah memperburuk tekanan yang ada dari gangguan rantai pasokan dan perubahan iklim.
"Perang telah menempatkan banyak bahan bakar di atas api yang sudah menyala. Krisis ini tentang keterjangkauan, artinya ada makanan yang tersedia, tetapi harganya sangat tinggi," ungkap Husain kepada CNBC hari Senin (29/8).
Baca Juga: Ekonom Dunia Memprediksi Terjadinya Resesi Besar di 2023
Menurut catatan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), harga pangan global pada bulan Juli 13% lebih tinggi dari tahun lalu. Dalam skenario terburuk yang diperkirakan PBB, harga pangan global bisa melonjak 8,5% lagi pada tahun 2027.
Di saat yang sama, harga pupuk juga meningkat dan secara langsung berkontribusi pada naiknya harga bahan pangan. Kondisi ini pada akhirnya telah merusak hasil panen.
Meski melihat krisis pangan lebih terkait dengan keterjangkauan, namun Husain melihat kondisi ini bisa berubah menjadi krisis ketersediaan pangan jika krisis pupuk tidak diselesaikan.
"PBB memperkirakan jumlah orang dalam darurat kelaparan, yang didefinisikan sebagai satu langkah menjauh dari kelaparan, telah melonjak dari 135 juta pada 2019 menjadi 345 juta," lanjut Husain.
Baca Juga: Pertama Kali dalam Satu Dekade, Korea Selatan Pangkas Pengeluaran Tahunan
Mari Pangestu, direktur pelaksana kebijakan pembangunan dan kemitraan di Bank Dunia, melihat bahwa krisis pangan juga bisa mempengaruhi kemampuan Bank Dunia untuk merespons peningkatan produksi pangan selama dua tahun ke depan.
"Dikombinasikan dengan harga energi yang tinggi dan gangguan rantai pasokan, akan mempengaruhi kemampuan Bank Dunia. Semua ketidakpastian itu dapat membuat harga tetap tinggi melebihi 2024," ungkapnya.
Faktor lain seperti cuaca ekstrem dan perubahan iklim juga memperburuk kondisi yang berkontribusi terhadap kerawanan pangan global.