Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JENEWA. Pada Jumat (8/3/2024), kantor hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan bahwa serangan Israel di kota perbatasan Rafah di Gaza tidak boleh dibiarkan terjadi karena akan menyebabkan hilangnya banyak nyawa warga Palestina.
“Jika Israel melancarkan ancaman serangan militer ke Rafah, di mana 1,5 juta orang terpaksa mengungsi dalam kondisi yang menyedihkan dan tidak manusiawi, setiap serangan darat di Rafah akan menimbulkan banyak korban jiwa dan akan meningkatkan risiko kejahatan kekejaman lebih lanjut,” kata Jeremy Laurence, juru bicara Kantor Hak Asasi Manusia PBB seperti yang dilansir Reuters.
Dia menegaskan, “Ini tidak boleh terjadi.”
Menentang seruan internasional untuk menghentikan operasi militernya, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan pada hari Kamis bahwa Israel akan melanjutkan serangannya terhadap gerakan Hamas yang menguasai Gaza, termasuk ke Rafah, yang ia gambarkan sebagai “benteng terakhir Hamas”.
Sekitar 1,5 juta orang diperkirakan berdesakan di Rafah, di pinggiran paling selatan perbatasan dengan Mesir. Sebagian besar dari mereka meninggalkan rumah mereka di utara untuk menghindari serangan Israel.
Baca Juga: Israel Didesak Buka Lebih Banyak Rute Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
Israel juga mengatakan pihaknya sedang meninjau kemungkinan pembatasan akses ke Masjid Al Aqsa di Yerusalem selama Ramadhan ketika Hamas menyerukan warga Palestina untuk berbaris ke masjid pada awal bulan puasa.
“Kami juga khawatir bahwa pembatasan lebih lanjut yang dilakukan Israel terhadap akses warga Palestina ke Yerusalem Timur dan Masjid Al Aqsa selama Ramadhan dapat semakin mengobarkan ketegangan,” kata Laurence.
Al-Aqsa adalah salah satu situs paling suci bagi umat Islam dan kompleksnya menghadap ke Tembok Barat, tempat sholat paling suci bagi orang Yahudi, yang percaya bahwa bukit tersebut adalah situs kuil Yahudi pertama.
Baca Juga: Netanyahu: Israel akan Terus Melancarkan Serangan ke Gaza, Termasuk di Rafah
Oleh karena itu, wilayah tersebut telah lama menjadi titik rawan potensi kekerasan, terutama pada hari raya keagamaan.