Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Israel menerima semakin banyak tekanan untuk membuka lebih banyak akses bagi bantuan kemanusiaan agar bisa masuk dengan mudah ke Gaza.
Pada hari Rabu (6/3), Uni Eropa meningkatkan tekanan untuk pembuatan jalur laut dari Siprus ke Gaza. Menteri Luar Negeri Inggris, David Cameron, juga mengatakan bahwa para sekutu Israel kini mulai kehilangan kesabaran.
Cameron bertemu dengan Benny Gantz, seorang anggota parlemen Israel, dan mendesaknya untuk meningkatkan aliran bantuan ke Gaza.
"Kami masih belum melihat adanya perbaikan di lapangan. Ini harus berubah," tulis Cameron di akun X pribadinya.
Banyak kelompok pemberi bantuan yang mengatakan bahwa saat ini seluruh Gaza telah terperosok ke dalam krisis kemanusiaan. Wilayah utara yang sebagian besar terisolasi mengalami situasi paling buruk.
Baca Juga: Puluhan Kendaraan Militer Israel Menyerbu Kota Ramallah, Tepi Barat
Melansir AP News, jumlah penduduk yang masih bertahan di kawasan itu diperkirakan sebanyak 300.000 jiwa. Banyak dari mereka dilaporkan terpaksa hanya mengonsumsi pakan ternak untuk bertahan hidup.
Baru-baru ini PBB mengatakan bahwa satu dari enam anak di bawah usia 2 tahun di wilayah utara menderita kekurangan gizi akut.
Dua orang pejabat Israel pada hari Rabu mengatakan, pemerintah mereka akan mulai mengizinkan bantuan untuk masuk langsung dari wilayahnya ke Gaza utara. Israel juga terbuka untuk pembuatan jalur laut dari Siprus.
Pejabat itu mengatakan bahwa Israel akan mengizinkan 20 hingga 30 truk bantuan memasuki Gaza utara dari Israel pada hari Jumat (8/3). Mereka juga akan mulai melakukan pemeriksaan keamanan pada hari Minggu (10/3) terhadap bantuan di Siprus sebelum dikirim melalui laut ke Gaza.
Baca Juga: China Dukung Palestina Menjadi Anggota Resmi PBB
Ketua Komisi Uni Eropa, Ursula von der Leyen, dijadwalkan berkunjung ke Siprus pada hari Jumat untuk memeriksa instalasi di pelabuhan Larnaca, tempat bantuan akan dikirim ke Gaza jika jalur laut dibangun.
Sementara itu, keraguan masih muncul dari kalangan kelompok pemberi bantuan. Mereka mengatakan, hampir tidak mungkin mengirimkan pasokan ke sebagian besar Gaza karena sulitnya berkoordinasi dengan militer Israel.
Selama ini truk yang membawa bantuan kemanusiaan harus melewati persimpangan Rafah dengan Mesir atau persimpangan Kerem Shalom dengan Israel, keduanya di tepi selatan Gaza. Truk-truk itu harus melalui zona konflik untuk mencapai wilayah yang sebagian besar terpencil di utara.
Pekan lalu, tragedi berdarah bahkan terjadi selama pembagian bantuan. Lebih lebih dari 100 warga Palestina ditembak mati oleh pasukan Israel atau diinjak-injak hingga tewas dalam kericuhan.