Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, pada hari Senin (6/11) melaporkan bahwa 89 pegawai badan PBB yang membantu pengungsi Palestina atau UNRWA, tewas dalam konflik di Jalur Gaza sebulan terakhir.
Guterres mengatakan bahwa perang kali ini merupakan yang paling mematikan dalam sejarah PBB. Banyak dari karyawan PBB juga tewas bersama dengan anggota keluarga mereka.
PBB mempekerjakan sejumlah besar warga Palestina di Gaza, dimana hampir separuh penduduk usia kerja menganggur.
Pada hari Minggu, para pemimpin badan-badan PBB dan kelompok kemanusiaan lainnya mengeluarkan pernyataan bersama yang menyerukan gencatan senjata. Dalam pernyataannya, mereka mengungkapkan kengerian atas hilangnya nyawa.
Baca Juga: Bukan Gencatan Senjata, Israel Bersedia Berikan Jeda Kecil untuk Pengiriman Bantuan
"Lebih dari 100 serangan terhadap layanan kesehatan telah dilaporkan dan puluhan pekerja bantuan telah terbunuh sejak serangan tersebut dan serangan udara balasan Israel di Gaza. Cukup sudah. Ini harus dihentikan sekarang," tulis badan-badan tersebut dalam pernyataan bersamanya, dikutip New York Times.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan 16 petugas kesehatan tewas saat bertugas di Gaza, sementara Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah mengatakan organisasi anggotanya telah kehilangan tujuh anggota staf dalam perang.
"Apa yang terjadi dalam beberapa hari ini bagi kami sangat mengkhawatirkan dan mengejutkan. Ini merupakan pengingat bahwa tidak ada rasa hormat terhadap tim kemanusiaan secara umum," kata Tommaso Della Longa, juru bicara Federasi Masyarakat Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional.
Baca Juga: AS Menentang Rencana Israel untuk Kuasai Gaza Pasca Perang
Israel melancarkan serangan udara dan darat terhadap Hamas, yang menurut pemerintah Israel telah menewaskan 1.400 orang dan menyandera lebih dari 230 orang lainnya.
Sebaliknya, serangan Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 10.328 orang, termasuk 4.237 anak-anak.
Israel dan Hamas masih menolak desakan gencatan senjata dengan alasan berbeda. Israel mengatakan Hamas harus membebaskan para sandera terlebih dahulu. Hamas mengatakan mereka tidak akan membebaskan sandera atau menghentikan pertempuran ketika Gaza sedang diserang.