Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menegaskan bahwa badan pengungsi Palestina milik PBB, UNRWA, tidak mungkin tergantikan.
Pernyataan ini disampaikan Guterres sebagai respons atas desakan Israel, serta sejumlah negara Barat seperti AS, Inggris, Jerman, dan Jepang, yang meminta UNRWA segera menghentikan operasinya di Palestina.
Israel mengklaim sejumlah staf badan tersebut terlibat dalam aksi penyerangan dan penculikan sandera Israel pada 7 Oktober 2023 lalu. Banyak dari staf badan tersebut diduga berafiliasi dengan Hamas.
Baca Juga: PM Israel, Benjamin Netanyahu, Minta UNRWA Angkat Kaki dari Gaza
"Tidak ada organisasi lain yang memiliki kehadiran berarti di Gaza, tidak ada yang bisa dibandingkan dengan situasi ini. Jadi tidak ada organisasi lain yang mampu menggantikannya," kata Guterres membela UNRWA dalam pengarahan media hari Kamis (8/2), dikutip AFP.
Tuduhan Israel dan para sekutunya itu membuat UNRWA kehilangan dukungan dana dari banyak negara. Situasi ini membuat badan tersebut mulai kesulitan menyediakan bantuan kemanusiaan bagi penduduk Gaza.
Guterres menunjuk pada efektivitas pembiayaan ketika ia membela mengapa UNRWA merupakan organisasi terbaik yang terus memberikan bantuan ke Gaza.
Baca Juga: Amnesty International: Israel Mengabaikan Nyawa Rakyat Palestina di Tepi Barat
"Biaya yang dikeluarkan oleh UNRWA jauh lebih rendah dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan oleh lembaga lain karena alasan historis. Gaji yang dibayarkan oleh UNRWA adalah sepertiga dari gaji yang dibayarkan oleh UNICEF atau WFP atau organisasi PBB lainnya," ungkap Guterres.
UNRWA telah lama berada di bawah pengawasan Israel, yang menuduh badan tersebut secara sistematis bertentangan dengan kepentingan Israel.
Israel berjanji untuk menghentikan pekerjaan badan tersebut di Gaza setelah perang.
Saat ini Israel masih fokus menyerang Gaza dan bahkan mulai bergerak ke Rafah di Mesir. Otoritas kesehatan Gaza dalam laporan terbarunya mengatakan sudah ada sedikitnya 27.800 penduduk Palestina yang kehilangan nyawa akibat serangan Israel, sebagian besar perempuan dan anak-anak.