Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Ekonomi China kemungkinan tumbuh pada laju paling lambat dalam satu setengah tahun pada kuartal keempat 2021. Hal ini seiring dengan melambatnya permintaan properti, pembatasan utang dan penguncian secara ketat di masa pandemi.
Berdasarkan jajak pendapat Reuters diperkirakan produk domestik bruto (PDB) hanya tumbuh 3,6% pada Oktober hingga Desember dari tahun sebelumnya. Ini termasuk laju paling lemah sejak kuartal kedua 2020 dan melambat 4,9% pada kuartal ketiga.
Secara triwulanan, pertumbuhan diperkirakan naik menjadi 1,1% pada kuartal keempat dari 0,2% pada Juli hingga September.
Sepanjang tahun 2021, PDB kemungkinan meningkat 8%, yang akan menjadi pertumbuhan tahunan tertinggi dalam satu dekade, sebagian karena basis rendah yang ditetapkan pada tahun 2020, ketika ekonomi terdampak Covid-19 dan penguncian secara ketat.
Baca Juga: Badan Pangan PBB Mengakui Belum Mengirim Bantuan ke Korea Utara Sejak Maret 2021
Pemerintah akan merilis data PDB, bersama dengan data aktivitas Desember, pada Senin depan.
Ekonomi China mendingin selama tahun lalu dengan menghadapi banyak tantangan tahun ini termasuk lemahnya permintaan properti akibat penyebaran varian Omicron.
Sementara itu, pemerintah China telah berjanji untuk mencegah perlambatan yang lebih tajam, menjelang Kongres Partai Komunis utama akhir tahun ini.
Analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan bank sentral akan memberikan langkah-langkah pelonggaran yang lebih sederhana, termasuk memotong rasio persyaratan cadangan bank dan suku bunga pinjaman satu tahun untuk suku bunga pinjaman acuan.
Analis di ANZ mengatakan dalam sebuah catatan bahwa mereka melihat kemungkinan bank sentral akan memangkas suku bunga pada fasilitas pinjaman jangka menengah pada Senin depan.
Baca Juga: Hubungi Jokowi, Xi Jinping Berharap Hubungan China dan Indonesia Semakin Erat
Pembuat kebijakan telah berjanji untuk meningkatkan dukungan fiskal bagi perekonomian, mempercepat penerbitan obligasi khusus pemerintah daerah untuk memacu investasi infrastruktur dan merencanakan lebih banyak pemotongan pajak.
"Kita mungkin melihat efek yang lebih besar dari pelonggaran moneter dan fiskal hanya pada paruh kedua tahun 2022 karena kelambatan transmisi kebijakan ini," kata analis di Natixis dalam sebuah catatan.
"Pelonggaran moneter baru-baru ini dan stabilisasi PMI (aktivitas pabrik) telah menunjukkan arah seperti itu, tetapi lebih banyak upaya diperlukan untuk meningkatkan investasi aset tetap," lanjutnya.
Pertumbuhan kemungkinan akan melambat menjadi 5,2% pada 2022, menurut jajak pendapat tersebut.