Reporter: Dessy Rosalina | Editor: Dessy Rosalina
LONDON. Bagi hooligans, sebutan populer bagi fans fanatik timnas sepakbola Inggris, menonton tayangan Piala Dunia adalah kewajiban terpenting. Tidak cuma hooligans, sebagian besar warga Inggris memang sejak lama tergila-gila pada sepakbola. Makanya, tak heran jika euforia perhelatan Piala Dunia tampak nyata di seluruh sudut kota.
Yang menarik, keranjingan menonton tayangan Piala Dunia menimbulkan keresahan bagi para pebisnis. Sebab, para pekerja kantoran ramai-ramai memohon izin sakit sejak Piala Dunia 2014 Brasil digelar mulai 12 Juni lalu.Survei terbaru lembaga konsultansi H&R, ELAS, mengungkapkan, perekonomian Inggris berpotensi kehilangan pendapatan £ 4 miliar atau setara US$ 6,7 miliar yang disebabkan penurunan produktivitas pegawai.
Survei ELAS menyatakan, ribuan pekerja akan berpura-pura sakit agar bisa menonton pertandingan Piala Dunia, khususnya duel yang mempertontonkan timnas Inggris. Separuh dari objek survei bahkan mengatakan akan mengambil cuti agar bisa menikmati tayangan Piala Dunia.
Menurut survei itu, penurunan produktivitas pekerja rata-rata terjadi sebanyak 20 menit dalam sehari selama Piala Dunia. "Tapi jika tiga perempat dari total 30 juta pekerja melakukan hal yang sama, dampaknya buruk terhadap perekonomian," ujar Peter Mooney, Kepala Konsultan ELAS, seperti dikutip www.ibtimes.co.uk.
Penyedia layanan video conference, Blue Jeans, turut merasakan imbas negatif. Blue Jeans menyatakan, permintaan jasa video conference dari korporasi menyusut. "Para pekerja pulang lebih cepat untuk menonton pertandingan atau mereka cuti. Efek Piala Dunia lebih besar daripada pertandingan Wimbledon," ujar James Campanini, Network Vice President Blue Jeans.
Sebagai gambaran, permintaan video conference Blue Jeans menurun 46% sewaktu petenis beken Andy Murray bermain dalam semifinal Wimbledon. Di sepanjang laga Wimbledon yang berlangsung 24 Juni-7 Juli tahun 2013, permintaan video conference susut 15%. Namun, kegagalan timnas Inggris melaju ke babak perempat final boleh jadi mengembalikan produktivitas para pekerja.