Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tri Adi
Dalam membangun bisnis, persaingan tidak bisa kita elakkan. Kompetitor akan selalu menghantui ke manapun bisnis dibawa melangkah. Itupula yang dialami oleh Pavel Baudis dalam membangun perusahaan perangkat lunak cyber security Avast Software. Namun, melakukan inovasi dan berani mengambil risiko menjadi kunci sukses pria berusia 59 tahun itu sehingga mampu bertahan, bahkan berhasil memenangi persaingan. Dan menjadi perusahaan global.
Bisnis Avast Software semakin berkembang dari tahun ke tahun. Pendapatan perusahaan ini melaju terus dengan basis konsumen yang semakin luas berkat layanan gratis yang ditawarkan. Alhasil, pundi-pundi kekayaan Pavel Baudis bersama Eduard Kucera yang hingga saat ini masih menjadi salah satu pengendali saham di perusahaan itu kian menggunung.
Avast telah menjadi perusahaan raksasa multinasional dan melantai di Bursa Saham London pada Mei 2018. Baudis dan Kucera masih menguasai 46% saham perusahaan ini. Lalu CVC Capital Partners menggenggam 29%, Summit Partners memegang 7%, dan selebihnya milik publik.
Kinerja Avast semakin cemerlang pasca menjadi perusahaan terbuka. Perusahaan berhasil mencatatkan pendapatan sebesar US$ 808,3 juta atau melonjak 23,8% dibandingkan tahun sebelumnya. Laba operasinya melesat hampir 100% menjadi US$ 248,3 juta. Kinerja itu ditopang oleh bisnis desktop consumer. Avast memiliki 12 juta pelanggan berbayar untuk produk personal computer (PC)..
Apa yang ditorehkan Avast hingga saat ini tidak lepas dari strategi radikal Baudis dan Kucera pada tahun 2.000 ketika hampir gulung tikar dihantam kompetitor dengan kebijakan harga miring. Avast melawan dengan menerapkan bisnis freemium atau menggratiskan produk software antivirusnya.
Avast tercatat sebagai pelopor model bisnis freemium yang sekarang sudah banyak digunakan perusahaan perangkat lunak sejenis. Mereka mendistribusikan produk-produk antivirus secara gratis melalui internet, kemudian membebani pelanggan untuk fitur-fitur premium.
Strategi freemium mengubah segalanya. Strategi ini tidak hanya mendorong peningkatan basis pelanggan gratis tetapi rupanya mendorong peningkatan pelanggan untuk layanan premium. Penghasilan Avast berasal dari versi premium yang digunakan oleh 5% dari basis pengguna dan berbagai kolaborasi bisnis.
Saat ini, Baudis bertengger menjadi salah satu orang terkaya di dunia dengan total kekayaan sekitar US$ 1,4 miliar. Pria berusia 59 tahun ini tentu tidak pernah membayangkan bisa menjadi sekaya sekarang di saat mudanya ketika negaranya masih dikuasai oleh rezim komunis.
Duo Baudis dan Kucera masih terus berdampingan selama 30 tahun dalam mengembangkan Avast. Keduanya tidak hanya bermitra secara bisnis, namun keluarga masing-masing juga berteman dekat.
Saat ini, Kucera dan Baudis tidak lagi terlibat dalam operasi sehari-hari perusahaan. Mereka hanya bertindak sebagai penasihat perusahaan saja.
Mereka mengendalikan perusahaannya dari belakang layar. Puncak tertinggi perusahaan diserahkan kepada Vincent Steckler sejak tahun 2009 hingga 2018.
Setiap bulan Avast melindungi penggunanya dari lebih dari dua miliar serangan virus terhadap PC dan ponsel. Perusahaan antivirus mengubah dirinya menjadi solusi keamanan siber lengkap dengan pembelajaran mesin dan teknologi cloud.
Avast terus melakukan inovasi dalam menciptakan produk keamanan yang mampu mendeteksi dan menganalisis malware. Portofolio produk perusahaan ini semakin bertambah setelah berhasil mengakuisisi AVG yakni perusahaan cybersecurity yang juga berbasis di Republik Cek pada tahun 2016 dan mengakuisisi Piriform pada tahun 2017.
Perluasan portofolio produk konsumen Grup dengan peluncuran yang sukses di bawah merek Avast dan AVG dari Browser Aman, AntiTrack dan Pembaruan Driver. Ditambah rilis Avast Hack Check dan AVG Secure VPN.
(Bersambung)
