Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Merger senilai US$8,4 miliar antara Paramount Global dan Skydance Media resmi mendapat persetujuan dari regulator Amerika Serikat pada Kamis (waktu setempat).
Kesepakatan ini akan menempatkan berbagai aset hiburan ternama — termasuk jaringan televisi CBS, studio Paramount Pictures, dan saluran anak-anak Nickelodeon — di bawah kendali konglomerat teknologi, David Ellison, putra pendiri Oracle, Larry Ellison.
Namun, di balik persetujuan ini tersimpan kontroversi politik dan isu kebebasan pers, terutama di era kepresidenan Donald Trump.
Persetujuan FCC Disertai Tuduhan “Suap Politik”
Kesepakatan ini disetujui oleh Komisi Komunikasi Federal (FCC) melalui pemungutan suara 2-1 secara partisan, di mana dua komisioner dari Partai Republik menyetujui dan satu dari Partai Demokrat menolak.
Baca Juga: Klaim Pengangguran AS Tak Terduga Turun, Beri Ruang Bagi The Fed Tahan Suku Bunga
Persetujuan datang setelah Paramount membayar US$16 juta untuk menyelesaikan gugatan hukum yang diajukan oleh Donald Trump terhadap perusahaan dan CBS News. Gugatan tersebut berkaitan dengan penyuntingan wawancara program 60 Minutes yang menampilkan Wakil Presiden Kamala Harris, yang menurut Trump “dimanipulasi” agar Harris tampak lebih baik.
Penyelesaian tersebut memicu tuduhan bahwa Paramount membayar Trump demi memperlancar proses merger — tuduhan yang dibantah oleh FCC dan pihak perusahaan.
“Ini adalah bentuk penyerahan pengecut terhadap tekanan politik,” ujar Anna Gomez, komisioner Demokrat yang menolak merger.
Ia juga menyoroti adanya kontrol baru yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap redaksi berita.
Trump, Kebebasan Pers, dan Komitmen Skydance
Selama masa kepresidenannya, Trump secara rutin menyerang media, menyebut mereka “bias liberal” dan “fake news”, termasuk CBS News.
Sebagai bagian dari syarat merger, Skydance membuat komitmen kepada FCC:
-
Menunjuk ombudsman independen untuk menangani aduan tentang bias editorial.
-
Tidak akan membentuk inisiatif keberagaman, kesetaraan, dan inklusi (DEI) — sebuah langkah yang dianggap sejalan dengan kebijakan anti-DEI Trump.
Baca Juga: Jepang Capai Kesepakatan Dagang dengan Amerika Serikat
Ketua FCC Brendan Carr, yang ditunjuk Trump, menyatakan bahwa komitmen tersebut “memungkinkan CBS untuk tetap beroperasi sesuai dengan kepentingan publik.”
“Ini adalah langkah maju dalam upaya FCC menghapus bentuk diskriminasi DEI yang tidak adil,” ujar Carr.
Komedian dan pembawa acara Stephen Colbert menyindir penyelesaian gugatan tersebut sebagai “suap besar-besaran.” Tak lama setelah komentar itu, acara The Late Show dibatalkan. Paramount berdalih pembatalan murni karena alasan finansial, bukan politik.
Akhir Era Redstone, Awal Baru untuk Paramount
Merger ini juga menandai berakhirnya era Redstone dalam mengendalikan salah satu kerajaan media terbesar di AS. Shari Redstone, yang menjabat sebagai ketua Paramount sejak 2019, sebelumnya berharap perusahaan dapat bersaing lebih baik dengan raksasa hiburan global.
Namun kenyataannya, nilai pasar Paramount terus merosot dalam beberapa tahun terakhir, terseret oleh transisi industri hiburan ke era streaming yang disruptif.
Baca Juga: Trump Sebut Ketua The Fed Bodoh, Klaim Powell Bakal Lengser dalam 8 Bulan
Kepemimpinan Baru Usai Merger
Setelah merger rampung:
-
David Ellison akan menjabat sebagai Chairman dan CEO Paramount yang baru.
-
Jeff Shell, mantan CEO NBCUniversal, akan menjabat sebagai Presiden.
-
Chris McCarthy, salah satu dari tiga CEO Paramount saat ini, akan mengundurkan diri, menurut sumber internal.
Proses persetujuan FCC sendiri memakan waktu lebih dari 250 hari, melebihi target normal 180 hari.
Saham Paramount tercatat naik sekitar 1,4% dalam perdagangan setelah jam kerja, diperdagangkan di angka US$13,45.