kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45887,73   13,33   1.52%
  • EMAS1.365.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pendapatan Bisnis M&A di Asia Merosot ke Level Terendah


Kamis, 27 Juni 2024 / 21:37 WIB
Pendapatan Bisnis M&A di Asia Merosot ke Level Terendah
ILUSTRASI. ilustrasi merger dan akuisisi, mergers and acquisitions 


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Pendapatan penasihat keuangan untuk merger dan akuisisi (M&A) di Asia turun. Menurut data LSEG Reuters, pendapatan penasihat keuangan Asia dari M&A di enam bulan pertama 2024 mencapai level terendah sejak 2013, dengan nilai US$ 1,5 miliar. 

Nilai total transaksi di Asia turun 25% dibandingkan tahun lalu menjadi US$ 317,5 miliar. Ini merupakan nilai transaksi terendah 11 tahun terakhir. 

Sementara, total transaksi yang berhasil diselesaikan US$ 253 miliar. Nilai itu menjadi yang terendah sejak krisis keuangan global 2009. 

Baca Juga: Fosun China Mencaplok Henlius Biotech, Menilai Transaksi Sebesar US$ 1,71 Miliar

"Rata-rata ukuran transaksi M&A turun, ini membuat volume transaksi M&A secara tahunan juga turun," kata Tom Barsha, Kepala M&A Asia Pasifik Bank of America. 

Sejumlah perusahaan menunda atau membatalkan rencana M&A. BHP Group, perusahaan tambang yang berbasis di Australia, membatalkan rencana mengambilalih Anglo American di bulan lalu. Padahal nilai kesepakatannya mencapai US$ 49 miliar. 

Di China, total transaksi turun 25% di enam bulan pertama 2024 ini, jadi US$ 108 miliar, terendah sejak 2012. Perekonomian yang melambat dan meningkatnya ketegangan geopolitik, mengurangi minat investasi di China. 

Jepang menjadi satu-satunya pasar di Asia yang mencatat pertumbuhan M&A pada tahun 2023. Namun nilai transaksi turun 23% pada semester pertama jadi US$ 61 miliar di tengah melemahnya yen. 

Ini menambah tekanan terhadap bisnis investment banking. Apalagi, dalam dua tahun terakhir, beberapa perusahaan konsultan telah menghentikan ratusan pekerja di Asia, akibat pasar modal yang lesu dan penurunan pendapatan. 

Perlambatan di Asia tak sebanding dengan aksi M&A di tingkat global yang tumbuh sebesar 16% jadi US$ 1,5 triliun. Namun beberapa bankir di Asia memperkirakan aktivitas M&A akan lebih banyak menjelang akhir tahun ini.

Baca Juga: Merger UBS dan Credit Suisse Bakal Kelar Bulan Depan

Barsha menambahkan, investor saat ini memprioritaskan peluang skala menengah dibandingkan M&A dengan nilai yang besar.
 

Selanjutnya: Perusahaan Semikonduktor Milik China Ekspansi di Eropa

Menarik Dibaca: Cuaca Banten Diprediksi Bakal Cerah Berawan Besok (28/6)




TERBARU
Kontan Academy
Pre-IPO : Explained Supply Chain Management on Efficient Transportation Modeling (SCMETM)

[X]
×