Sumber: Reuters | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - Walt Disney melaporkan laba kuartalan pada Rabu (7/8) yang melampaui ekspektasi Wall Street. Film animasi Pixar, Inside Out 2, menjadi salah satu pendorong untuk penurunan laba di segmen hiburan.
Pendapatan operasional unit hiburan mencatatkan pertumbuhan hampir tiga kali lipat selama April-Juni. Divisi Hiburan, yang meliputi bisnis film, televisi, dan streaming, melaporkan laba operasi sebesar $1,2 miliar.
Kemudian untuk pertama kalinya, layanan streaming yang merupakan gabungan streaming Disney+, Hulu, dan ESPN+ berhasil membukukan laba. Laba operasinya tercatat sebesar $47 juta.
Baca Juga: Ini Rekomendasi Film di Disney+ Hotstar, Menang Penghargaan lo
CEO Disney, Bob Iger memuji keberhasilan di divisi hiburan, di mana gabungan bisnis streaming Disney menghasilkan laba seperempat lebih cepat dari proyeksinya.
"Kami yakin dengan kemampuan kami untuk terus mendorong pertumbuhan laba melalui koleksi aset kami yang unik dan kuat," kata Iger dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari Reuters.
Iger berupaya membangun kembali Disney setelah kerugian miliaran dolar dari bisnis streaming, penurunan televisi tradisional, dan masa sulit bagi studio filmnya yang terkenal.
Sementara, segmen olahraga, yang meliputi jaringan ESPN dan bisnis Star India, laba operasinya turun 6% menjadi $802 juta. Ini disebabkan karena biaya untuk menayangkan pertandingan kriket meningkat.
Baca Juga: Penjualan Tiket Deadpool & Wolverine Selama Sepekan US$ 205 Juta
Unit taman hiburan melaporkan laba operasi sebesar $2,2 miliar. Sementara permintaan menurun di taman hiburan domestik, kapal pesiar, produk konsumen, dan beberapa taman hiburan internasional.
Ben Barringer, analis teknologi dan media di Quilter Cheviot, mengatakan hasil taman hiburan menambah kekhawatiran tentang ekonomi AS yang melambat. "Ditambah belakangan orang-orang mengurangi pengeluaran mereka dalam hal pariwisata dan rekreasi," kata Barringer.
Tekanan juga datang dari Disneyland Paris akibat Olimpiade yang diadakan di kota tersebut. Kemudian ada pula masalah ekonomi yang dialami Tiongkok.