kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45933,60   5,25   0.57%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pendemo terus gelar aksi, PM Thailand gelar pertemuan luar biasa dengan parlemen


Senin, 19 Oktober 2020 / 16:26 WIB
Pendemo terus gelar aksi, PM Thailand gelar pertemuan luar biasa dengan parlemen
ILUSTRASI. Pengunjuk rasa pro-demokrasi mengikuti protes anti-pemerintah di Bangkok, Thailand, Minggu (18/10/2020).


Sumber: Channel News Asia | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - BANGKOK. Perdana Menteri Thailand meminta sesi khusus kepada parlemen menyusul rencana pengunjuk rasa menggelar lebih banyak aksi untuk menuntut pengunduran dirinya, pembebasan aktivis yang dipenjara, dan reformasi monarki.

Puluhan ribu pengunjuk rasa yang sebagian besar anak muda telah turun ke jalan dalam sepekan terakhir untuk menentang keputusan Pemerintah Thailand yang melarang pertemuan lebih dari empat orang.

Polisi mengatakan, sekitar 20.000 orang melakukan protes di seluruh Bangkok pada Minggu (18/10), meskipun para aktivis dan media lokal memperkirakan peserta aksi jauh lebih besar.

Ketika mereka bersiap untuk unjuk rasa lagi pada Senin (19/100, Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha mengatakan, Parlemen Thailand yang saat ini sedang reses akan dipanggil kembali untuk membahas bagaimana mengurangi ketegangan.

Baca Juga: Thailand bergolak, pendemo gelar aksi lagi meski polisi bertindak keras

Unjuk rasa di Bangkok

"Kami mendukung pembukaan sesi luar biasa untuk menyelesaikan konflik ini," kata Prayut kepada wartawan, Senin (19/10), seperti dikutip Channel News Asia. Tapi, "Saya meminta pengunjuk rasa berunjuk rasa secara damai. Pemerintah telah berkompromi sampai taraf tertentu".

Gerakan yang sebagian besar tidak memiliki pemimpin itu menyerukan pengunduran diri Prayut, mantan panglima militer dan dalang kudeta 2014, serta revisi konstitusi yang dirancang militer, yang mereka katakan, mencurangi pemilihan tahun lalu untuk menguntungkan militer.

Yang paling kontroversial, pengunjuk rasa juga membuat tuntutan yang belum pernah terjadi sebelumnya, yakni mereformasi monarki yang kuat dan sangat kaya.

Mereka menginginkan penghapusan undang-undang pencemaran nama baik yang melindungi Raja Maha Vajiralongkorn dari kritik, transparansi keuangan kerajaan yang lebih baik, dan agar raja tidak terlibat dalam politik.

Gerakan tersebut tampaknya mendapatkan daya tarik di seluruh negeri dengan protes yang lebih kecil terjadi pada Minggu (18/10) dari Phuket di Selatan hingga Khon Kaen di Timur Laut Thailand.

Selanjutnya: Tagar Republik Thailand jadi trending topic di Twitter




TERBARU

[X]
×