Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JERUSALEM. Saat ini, Israel sudah berada di bawah tekanan global atas meningkatnya jumlah korban jiwa akibat perang di Gaza.
Kini, negara tersebut semakin terjerumus ke dalam isolasi internasional setelah tiga negara Eropa memutuskan hubungan dengan mitra utama mereka di Uni Eropa dan memutuskan untuk mengakui negara Palestina.
Melansir Reuters, tindakan tersebut, yang digambarkan oleh juru bicara pemerintah Israel sebagai tindakan yang “tidak senonoh”, tidak akan mempunyai dampak praktis baik terhadap reruntuhan Gaza maupun Tepi Barat yang diduduki.
Namun masalah demi masalah terus menghampiri Israel. Mulai dari peringatan Washington yang tidak akan memberikan senjata jika perang di Gaza terus berlanjut, sanksi terhadap pemukim yang melakukan kekerasan, hingga tuduhan genosida di hadapan Mahkamah Internasional.
Bahkan ada kemungkinan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dari Pengadilan Pidana Internasional (International Criminal Court/ICC).
Netanyahu telah lama menolak apa yang disebut solusi dua negara dan perlawanannya telah meningkat sejak ia menjabat sebagai presiden.
Pemerintahannya masih sangat curiga terhadap Otoritas Palestina, yang didirikan tiga dekade lalu berdasarkan perjanjian perdamaian sementara Oslo.
Baca Juga: Tentara Israel Menyerbu Jenin di Tepi Barat, 7 Orang Dinyatakan Tewas
Netanyahu sendiri menggambarkan keputusan ketiga negara tersebut sebagai “hadiah atas terorisme”, dan mengatakan negara Palestina akan mencoba mengulangi pembantaian 7 Oktober berulang kali.
Pernyataan tersebut menggarisbawahi betapa buruknya iklim perang di Gaza dan betapa jauhnya prospek penyelesaian politik berdasarkan negara Palestina merdeka yang berdampingan dengan Israel. Dan sepertinya perundingan perdamaian tidak ada harapan lagi.
Selain memanggil duta besarnya dari Oslo, Madrid dan Dublin, kementerian luar negeri Israel juga memanggil duta besar Norwegia, Irlandia dan Spanyol di Israel untuk diperlihatkan rekaman video serangan terhadap Israel oleh orang-orang bersenjata pimpinan Hamas pada 7 Oktober.
Laura Blumenfeld, seorang analis Timur Tengah di Johns Hopkins School for Advanced International Studies di Washington, mengatakan keputusan ketiga negara tersebut secara diplomatis berani namun secara emosional tuli dan tidak produktif.
“Bagi warga Israel, hal ini akan meningkatkan paranoia, memperkuat argumen Netanyahu bahwa Israel berdiri sendiri,” katanya.
Baca Juga: Hamas Memuji Mendiang Presiden Iran Ebrahim Raisi: Beliau Mendukung Rakyat Palestina
Dia menambahkan, “Bagi warga Palestina, hal ini secara keliru meningkatkan ekspektasi, tanpa menentukan jalan menuju realisasi impian nasional yang sah.”