kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -8.000   -0,52%
  • USD/IDR 15.791   -57,00   -0,36%
  • IDX 7.505   -68,76   -0,91%
  • KOMPAS100 1.157   -12,64   -1,08%
  • LQ45 913   -8,80   -0,96%
  • ISSI 228   -2,59   -1,12%
  • IDX30 469   -4,51   -0,95%
  • IDXHIDIV20 564   -3,86   -0,68%
  • IDX80 132   -1,34   -1,01%
  • IDXV30 139   -1,60   -1,13%
  • IDXQ30 156   -1,23   -0,78%

Penjualan ritel China anjlok ke level terendah dalam 16 tahun terakhir


Rabu, 15 Mei 2019 / 17:48 WIB
Penjualan ritel China anjlok ke level terendah dalam 16 tahun terakhir


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  BEIJING. Secara mengejutkan pertumbuhan penjualan ritel dan produk industri China merosot pada bulan April 2019. Hal ini menjadi tantangan pemerintah China untuk memberikan lebih banyak stimulus untuk menghadapi perang dagang dengan Amerika Serikat.

Menurut data Biro Statistisk Nasional (NBS), sampai April 2019, penjualan ritel naik 7,2% dari tahun sebelumnya. Ini merupakan pertumbuhan paling rendah sejak Mei 2003. Sementara pertumbuhan penjualan ritel di bulan Maret lebih tinggi, yaitu sebesar 8,7%.

Data menunjukkan konsumen sekarang mulai mengurangi pengeluaran untuk produk sehari-hari seperti perawatan pribadi dan kosmetik, sambil terus menghindari barang-barang yang lebih mahal seperti mobil.

“Penjualan ritel yang melemah, sebagian disebabkan pengurangan jumlah pengerjaan dan penurunan pendapatan kelompok berpenghasilan menengah dan rendah, “kata Nie Wen, seorang ekonom di Hwabao Trust, dilansir dari Reuters, Rabu (15/5).

Penjualan pakaian juga turun untuk pertama kalinya sejak 2009. Ini menunjukkan konsumen China telah mengkhawatirkan kondisi ekonomi bahkan sebelum kenaikan tarif Amerika Serikat Jumat lalu, yang semakin menyulitkan eksportir China.

Untuk menstabilkan ekonomi ke depan, menurut Nie Wen, pemerintah Tiongkok kemungkinan akan mengurangi beban pajak atau memberikan subsidi kepada kelompok masyarakat berpenghasilan menengah dan rendah.

Secara keseluruhan, data sampai April 2019 penurunan tersebut karena pemerintah China kehilangan momentum. Padahal Maret lalu, mereka masih optimistis akan adanya peningkatan ekonomi secara perlahan dan kembali menguat dengan dukungan kebijakan pemerintah.

Sementara itu, pertumbuhan output industri melambat melebihi perkiraan menjadi 5,4% pada bulan April 2019. Padahal pertumbuhan Maret lalu masih 8,5%, dan beberapa analis menduga hal ini hanya bersifat sementara.

Di sisi lain produksi kendaraan bermotor turun hampir 16% karena permintaan melemah, dengan output kendaraan sedan merosot 18,8%. Ini merupakan penurunan paling tajam sejak September 2015. Data industri minggu ini menunjukkan penjualan mobil turun 14,6% per April, dan ini masuk penurunan ke-10 bulan secara berturut-turut.

Ekspor China juga secara tak terduga menyusut pada bulan April di tengah kebijakan tarif AS dan permintaan global yang lebih lemah. Sementara pesanan dari pabrik baru dari dalam dan luar negeri juga tetap melambat.

“Masih ada ketidakpastian yang menghantui kinerja ekonomi. Ketegangan antara China dan AS telah kembali membuat kekhawatiran tentang permintaan yang tidak mencukupi di seluruh dunia,”kata Nie.

Nie mengatakan, pemerintah China perlu memangkas persyaratan cadangan bank yang lebih komprehensif pada Juni 2019 sebelum pertemuan puncak G20, di mana Presiden Donald Trump dan Xi Jinping diperkirakan bertemu untuk membahas perdagangan kedua negara.

"Kesenjangan pendanaan di pasar relatif besar. Pengurangan yang lebih kecil dan target dalam pencadangan bank mungkin tidak lagi cukup untuk memacu pertumbuhan yang lebih kuat,” kata Nie.

Seorang juru bicara NBS Liu Aihua mengatakan bawah ada ruang relatif besar dalam mengeluarkan kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi. Meski demikian, jumlah tingkat lowongan pekerjaan di industri diperkirakan akan tetap stabil.

Kementerian Ketenagakerjaan China menerbitkan data jumlah pengganguran April lalu. Data tersebut menunjukkan jumlah pengangguran meningkat menjadi 5,0% dari 5,2% pada bulan Maret.

Namun analis umumnya skeptis terhadap data ketenagakerjaan tersebut dan melihat kenaikan pemutusan hubungan kerja (PHK) akan terjadi jika kondisi ekspor memburuk.


Survei KG Media


TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×