Sumber: Reuters | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - BENGALURU. Tensi perang dagang dengan China telah meningkatkan risiko resesi Amerika Serikat. Setidaknya hal tersebut diutarakan sejumlah ekonom yang disurvei oleh Reuters.
Seperti diberitakan Reuters, hasil survei terbaru mencatat para ekonom memprediksi peluang AS masuk ke dalam jurang resesi dalam dua tahun ke depan adalah sebesar 40%. Meningkat dari jajak pendapat sebelumnya yang masih sebesar 35%.
Presiden AS Donald Trump sebelumnya menepis potensi resesi sebagai akibat dari perang dagang. Tetapi tanda-tanda potensi resesi malah makin bermunculan, dan membuat pelaku pasar makin gelisah.
"Saya kesulitan memikirkan skenario di mana eskalasi lebih lanjut dari ketegangan perdagangan yang kita miliki saat ini tidak akan membuat risiko resesi lebih tinggi," kata Michael Hanson, kepala strategi makro global di TD Securities.
“Kami sudah berada dalam situasi di mana tingkat tarif yang telah maupun yang akan dikenakan selama beberapa minggu ke depan benar-benar sangat tinggi. Pada dasarnya langkah untuk menetapkan tarif sebesar 25% untuk semua barang impor dari Tiongkok adalah hambatan yang sangat nyata dalam perekonomian,” kata Hanson.
Kritik terhadap langkah pemerintahan Trump makin kencang disuarakan oleh pada ekonom. “Tampaknya ada kepercayaan di Gedung Putih bahwa perang dagang adalah hal yang baik dan AS akan menang. Delusi tersebut menciptakan risiko yang besar,” kata Joel Naroff, kepala ekonom di Naroff Economic Advisors di Holland, Pennsylvania.
Dampak perang dagang juga sudah terasa pada sejumlah sektor ekonomi. Raksasa ritel seperti Walmart Inc misalnya telah memperingatkan pembeli bahwa harga-harga produk di tokonya akan naik karena tarif impor dari China yang lebih tinggi.
Di sisi lain, dengan ketidakpastian perdagangan dan peluang resesi yang makin meningkat, Federal Reserve juga diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada kisaran 2,25%-2,50% setidaknya hingga akhir tahun depan.