Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - NEW DELHI. Pasukan perbatasan India dan China melakukan baku tembak minggu lalu, hanya beberapa hari sebelum pertemuan para menteri luar negeri kedua negara.
India dan China memiliki perjanjian lama bagi pasukan perbatasan untuk tidak menggunakan senjata api di Garis Kontrol Aktual (LAC) dan selama 45 tahun tidak ada tembakan.
Tetapi, sejak akhir bulan lalu, telah terjadi tiga insiden tembakan peringatan yang ditembakkan di Himalaya Barat, seringkali jarak dekat, para pejabat India yang mengetahui situasi ini mengatakan kepada Reuters.
"Dalam semua kasus, tembakan dilepaskan ke udara dan bukan ke satu sama lain, untungnya," kata salah satu pejabat India.
Baca Juga: Masih panas, China pasang jaringan serat optik di perbatasan dengan India
Salah satunya terjadi di tepi Utara Danau Pangong Tso menjelang pertemuan antara Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar dan Menteri Luar Negeri China Wang Yi di Moskow, Kamis (10/9) pekan lalu.
100 hingga 200 peluru ditembakkan
Penembakan yang tidak dipublikasikan oleh kedua belah pihak adalah yang paling intens, kata seorang pejabat India lainnya.
Pejabat itu mengatakan, dia tidak dalam posisi untuk memberikan perincian lebih lanjut. Tapi, surat kabar Indian Express melaporkan, 100 hingga 200 peluru ditembakkan.
Kedua belah pihak memperebutkan posisi yang menguntungkan di perbatasan pegunungan di Ladakh yang berbatasan dengan Tibet. Senin (14/9) lalu, tentara menembak ke udara di tepi Selatan Danau Pangong Tso, menurut India dan China.
Baca Juga: China kembalikan lima warga negara India yang sempat ditahan di perbatasan
Jaishankar dan Wang sepakat untuk meredakan ketegangan, dan sejak saat itu situasinya telah tenang, kata pejabat India. Tapi, belum ada penarikan mundur pasukan.
Mantan komandan militer India Letnan jenderal D.S. Hooda mengatakan, ketidakpercayaan begitu besar terjadi sekarang, sehingga akan sulit untuk kembali ke perjanjian di mana pasukan membawa sedikit senjata api di perbatasan yang diperebutkan selama patroli mereka.
"Kita seharusnya tidak lagi berbicara tentang perdamaian dan ketenangan di sepanjang LAC, tetapi pencegahan konflik," ujarnya kepada Reuters.