kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perdana Menteri Ethiopia pemenang Nobel Perdamaian, kepala negara termuda di Afrika


Jumat, 11 Oktober 2019 / 16:58 WIB
Perdana Menteri Ethiopia pemenang Nobel Perdamaian, kepala negara termuda di Afrika
ILUSTRASI. Perdana menteri Ethiopia yang baru terpilih Abiy Ahmed menghadiri rapat umum selama kunjungannya ke Ambo di wilayah Oromiya, Ethiopia 11 April 2018. REUTERS / Tiksa Negeri


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - OSLO. Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed memenangkan hadian Nobel Perdamaian 2019 yang diumumkan pada hari, Jumat (11/10) atas upayanya menciptakan perdamaian dengan negara tetangganya Eritrea. Ia juga merupakan perdana menteri termuda di Afrika.

Mengutip Reuters, Etiophia dan Eritrea merupakan musuh lama yang berperang di perbatasan sejak 1998 hingga tahun 2000. Abiy berupaya memulihkan hubungan kedua negara pada Juli 2018 setelah bertahun-tahun bermusuhkan.

Baca Juga: Selamat, Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed memenangkan Nobel Perdamaian 2019

Atas upayanya tersebut, Ahmed mendapat hadiah atas terpilihnya dia menjadi pemenang Nobel Perdamaian 2019 sebesar US$ 900.000 yang akan diberikan di Oslo pada 10 Desember 2019 mendatang.

"Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed Ali telah dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian tahun ini atas upayanya untuk mencapai perdamaian dan kerjasama internasional, dan khususnya untuk inisiatif yang menentukan dalam menyelesaikan konflik di perbatasan dengan negara tetangga Eritrea," kata Komite Nobel Norwegia.

Abiy yang berusia 43 tahun merupakan kepala pemerintahan termuda di wilayah Afrika.

"Kemenangan dan pengakuan ini adalah kemenangan kolektif bagi semua orang Ethiopia, dan seruan untuk memperkuat tekad kami dalam menjadikan Ethiopia - cakrawala harapan baru - negara yang makmur bagi semua orang," rilis kantor perdana menteri Ethiopia usia pengumuman pemenang Nobel Perdamaian 2019.

Tantangan ke depan

Sejak menjabat pada April 2018, setelah pengunduran diri Hailemariam Desalegn setelah tiga tahun kerusuhan di jalan, Abiy telah mengumumkan serangkaian reformasi yang berpegang pada janjinya untuk secara mendasar mengubah negara berpenduduk sekitar 100 juta orang tersebut secara mendasar.

Baca Juga: Penulis Austria menyabet Nobel Sastra 2019, penulis Polandia raih Nobel Sastra 2018

Ia akan melakukan perubahan mulai dari liberalisasi parsial ekonomi yang dikendalikan oleh negara hingga merombak pasukan keamanan yang telah membantu koalisinya yang berkuasa mempertahankan cengkeraman yang kuat pada kekuasaan sejak 1991, janji-janji itu telah meningkatkan harapan di baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Prestasi penting Abiy sampai saat ini adalah mengamankan perdamaian dengan Eritrea negara tetangganya.

Yang masih harus dilihat adalah apakah Abiy, yang bergabung dengan tentara Ethiopia pada usia remaja dan meraih kekuasaan melalui koalisi EPRDF yang berkuasa selama dua dekade terakhirr, dapat membentuk kembali Ethiopia dan membukanya ke dunia dari dalam sistem saat ini.

Baca Juga: Hadiah Nobel Kimia 2019 jadi milik tiga pengembang baterai lithium

Abiy menghadapi tantangan termasuk penolakan untuk berubah karena kepentingan pribadi dalam koalisinya, dan kemungkinan bahwa kekerasan, termasuk pada bulan Juni ketika seorang pemimpin milisi negara yang jahat membunuh presiden negara bagian tersebut dan pejabat tinggi lainnya, dapat meningkat.

Anak-anak muda Ethiopia  yang menginginkan pekerjaan, pengembangan, dan peluang untuk maju menaruh harapan yang tinggi terhadap Abiy.

Sebagai catatan, Hadiah Nobel Perdamaian akan diberikan  keapda Abiy di Oslo pada 10 Desember, hari peringatan kematian industrialis Swedia Alfred Nobel, yang mendirikan penghargaan itu pada tahun 1895.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×