Sumber: Reuters | Editor: Syamsul Azhar
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON - Perekonomian AS masih mencatatkan laju pertumbuhan yang positif pada kuartal ketiga, inflasi yang menurun meskipun ada kenaikan upah yang kuat mendorong belanja konsumen menjelang pemilihan presiden yang kontroversial. Pemerintahan ke depan akan berfokus pada penyelesaian masalah keuangan.
Produk domestik bruto (PDB) AS Menurut Biro Analisis Ekonomi Departemen Perdagangan dalam estimasi awal PDB kuartal ketiga pada hari Rabu (30/10) meningkat secara tahunan sebesar 2,8% pada kuartal terakhir. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan PDB meningkat pada kecepatan 3,0%.
Estimasi pertumbuhan berkisar 2,0% hingga 3,5%. Perekonomian AS tumbuh pada kisaran 3,0% pada kuartal kedua. Laju pertumbuhan ekonomi ini jauh di atas apa yang dianggap pejabat Federal Reserve sebagai tingkat pertumbuhan non-inflasi sekitar 1,8%.
Baca Juga: Emas Bertahan Kuat di Atas US$ 2.500 Jelang Debat Presiden dan Rilis Data Inflasi AS
Perkiraan PDB awal dipublikasikan kurang dari seminggu sebelum warga Amerika menuju tempat pemungutan suara pada tanggal 5 November untuk memilih antara Wakil Presiden Kamala Harris, kandidat Partai Demokrat, dan mantan Presiden Donald Trump.
Jajak pendapat menunjukkan persaingan ini sangat ketat. Warga Amerika, yang secara konsisten mengatakan bahwa ekonomi adalah isu utama pemilu, merasa kesal dengan tingginya biaya pangan dan perumahan, meskipun ekonomi telah menentang perkiraan resesi dan terus mengungguli negara-negara lain di dunia.
Survei pemilih secara konsisten memberikan keunggulan kepada Trump ketika ditanya siapa yang akan menjadi pengelola ekonomi yang lebih baik, termasuk dalam jajak pendapat Reuters/IPSOS terbaru yang dirilis pada hari Selasa.
Laporan tersebut menambahkan revisi tahunan yang dipublikasikan bulan lalu, yang mengindikasikan bahwa ekonomi jauh lebih kuat daripada yang diperkirakan sebelumnya. Revisi tersebut hampir menghapus kesenjangan antara PDB dan pendapatan domestik bruto (GDI), ukuran pertumbuhan alternatif, hingga kuartal kedua.
Sebelum revisi tersebut, beberapa ekonom berpendapat bahwa kesenjangan tersebut menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi ditaksir terlalu tinggi. Perekonomian tetap tangguh meskipun terjadi kenaikan suku bunga sebesar 5,25 poin persentase pada tahun 2022 dan 2023 dari bank sentral AS untuk mengendalikan inflasi.
Baca Juga: Harga Bitcoin Dekati US$70.000 Jelang Pemilu Presiden AS 2024
Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi, tidak termasuk komponen makanan dan energi yang bergejolak - diikuti oleh Fed - naik pada tingkat 2,2% pada kuartal ketiga, melambat tajam dari laju 2,8% pada kuartal kedua.
Dengan inflasi yang mendekati target Fed sebesar 2%, bank sentral kini melonggarkan kebijakan dan bulan lalu memulai siklus tersebut dengan pemotongan suku bunga setengah poin persentase yang luar biasa besar.
Pengurangan biaya pinjaman tersebut, yang pertama sejak 2020, menurunkan suku bunga kebijakan Fed ke kisaran 4,75%-5,00%.