Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
WASHINGTON. Presiden Asian Development Bank (ADB) Haruhiko Kuroda mengatakan, negara-negara berkembang di Asia saat ini dipastikan akan menghadapi tantangan berat terkait masalah anggaran pembelanjaan mereka. Kuroda bilang, hal itu dikarenakan krisis kredit global semakin parah dan tingginya permintaan imbal hasil (yield) yang diminta investor untuk utang yang mereka berikan.
“Krisis finansial yang dimulai dari AS sudah mulai menyebar ke Asia. Krisis ini menurunkan kepercayaan investor dan menyebabkan keguncangan hebat dalam pasar modal,” kata Kuroda, kemarin.
Oleh sebab itu, jelasnya, pemerintah di Asia harus mempersiapkan sejumlah strategi untuk menjaga stabilitas di pasar bursa masing-masing di tengah ancaman volatilitas yang tinggi pada sistem finansial global.
Sekadar mengingatkan, minggu lalu, indeks saham Asia mengalami penurunan tajam yang menyebabkan indeks patokan di sejumlah negara anjlok dan mencapai rekor terendahnya. Hal itu membuat beberapa negara di Asia sudah memangkas tingkat suku bunganya. Selain itu, para pembuat kebijakan saat ini lebih memfokuskan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dibanding mengerem laju inflasi.
Seperti yang diketahui, Indonesia memutuskan untuk menghentikan sementara waktu transaksi perdagangannya sejak 10 Oktober lalu setelah harga indeks acuannya anjlok lebih dari 10%. Sementara di hari yang sama, penurunan indeks SET Thailand memicu di suspend-nya perdagangan.
Pada bulan lalu, ADB memprediksi, perekonomian Asia (tidak termasuk Jepang) akan mengalami pertumbuhan sebesar 7,5% tahun ini. Sementara tahun depan, diprediksi pertumbuhan ekonomi Asia hanya berada pada level 7,2%.