Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON/SEOUL. Hampir satu tahun setelah Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un bertemu terakhir kali, Korea Utara telah kembali melakukan uji coba rudal jarak pendek dan mengeluarkan retorika yang keras. Sementara, Washington tidak menunjukkan tanda-tanda untuk mengurangi sanksi.
Melansir Reuters, pertemuan terakhir kedua pemimpin - yang dilakukan di Zona Demiliterisasi antara kedua Korea - tidak banyak memecah kebuntuan dalam pembicaraan denuklirisasi.
Hal ini menyebabkan meningkatnya ketegangan, meskipun Trump - yang pernah mencemooh Kim sebagai "Little Rocket Man" - sebagian besar meremehkan tindakan Pyongyang.
Berikut adalah garis waktu perkembangan tersebut:
12 Juni 2018:
Pertemuan puncak di Singapura dihadiri pertama kalinya oleh presiden Amerika dan pemimpin Korea Utara. Akan tetapi, pernyataan yang keluar dari pertemuan itu tidak jelas tentang hal-hal spesifik. Sebagai gantinya, pertemuan itu hanya menghasilkan komitmen umum.
Sejak pertemuan puncak itu, Korea Utara tidak menunjukkan tanda-tanda nyata kesediaannya untuk meninggalkan senjata nuklirnya. Para ahli mengatakan, Korut diyakini terus melanjutkan pengembangan persenjataan nuklirnya. Washington, pada saat yang sama, telah berusaha untuk terus menerapkan sanksi, sehingga membuat Korea Utara menuding AS tetap berpegang teguh pada kebijakan yang bermusuhan.
28 Februari 2019:
KTT kedua antara Trump dan Kim di Vietnam runtuh akibat penerapan sanksi, menimbulkan pertanyaan tentang masa depan diplomasi denuklirisasi.
30 Juni 2019:
Trump dan Kim kemudian bertemu lagi di perbatasan antara Korea Utara dan Korea Selatan dan sepakat untuk memulai kembali perundingan, tetapi pembicaraan nuklir tingkat kerja di Swedia pada Oktober terhenti.
3 Desember 2019:
Meningkatkan ketegangan di akhir tahun, Pyongyang memperingatkan Washington tentang "hadiah Natal" kepada Amerika Serikat. Meski ada peringatan dari Kim bahwa dunia akan segera melihat "senjata strategis baru," namun, hingga tenggat waktu berakhir, ancaman itu tidak terbukti benar.
Maret 2020:
Korea Utara meluncurkan serangkaian rudal jarak pendek, tes pertama untuk tahun ini. Ini membuat AS dan China meminta Pyongyang untuk kembali ke meja perundingan. Akan tetapi, tidak ada tanda-tanda perundingan apa pun terwujud.
April / Mei 2020:
Hilangnya Kim dari pandangan publik menyebabkan spekulasi panas tentang kesehatannya selama beberapa pekan terakhir. Kondisi ini memicu kekhawatiran di Washington dan di tempat lain tentang stabilitas di Semenanjung Korea. Situasi menjadi tenang pada awal Mei, ketika media pemerintah Korut mengatakan Kim telah menghadiri peresmian pabrik pupuk.
28 Mei 2020:
Departemen Kehakiman AS menuduh bank milik negara Korea Utara menghindari undang-undang sanksi AS dan mendakwa 28 warga Korea Utara dan lima warga Tiongkok dalam tindakan keras terbesarnya terhadap pelanggaran sanksi Korea Utara.
16 Juni 2020:
Korea Utara meledakkan kantor penghubung di Kaesong yang digunakan untuk perundingan bersama setelah mengecam tindakan para pembelot yang melakukan kampanye dengan mengirimkan selebaran propaganda ke Korea Utara.
24 Juni 2020:
Media pemerintah mengumumkan bahwa Kim telah memutuskan untuk menangguhkan rencana aksi militer terhadap Korea Selatan.
25 Juni 2020:
Menandai 70 tahun sejak awal Perang Korea 1950-1953, kementerian luar negeri Korea Utara merilis sebuah laporan yang membela program senjata nuklir negara itu dan bersumpah untuk tidak pernah mundur dari jalan yang telah mereka pilih.