kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Perkuat milisi maritim, Tiongkok dan Vietnam diprediksi akan bentrok lagi!


Senin, 13 April 2020 / 10:46 WIB
Perkuat milisi maritim, Tiongkok dan Vietnam diprediksi akan bentrok lagi!
ILUSTRASI. Bendera China. Foto: wikipedia.org


Sumber: South China Morning Post | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - BEIJING. China dan Vietnam sama-sama memperkuat pasukan paramiliter dan armada penangkap ikan untuk mengklaim wilayah Laut China Selatan yang disengketakan.

Pengamat memperingatkan, dua negara bertetangga ini berisiko mengalami bentrokan lebih lanjut setelah tenggelamnya kapal nelayan Vietnam pada pekan lalu.

Melansir South China Morning Post, sementara Beijing melanjutkan taktik tegasnya untuk mencoba mengendalikan lebih banyak perairan yang menyimpang dari pendapat regional dan internasional, Hanoi turut merespons. Akan tetapi, menurut sejumlah analis, Vietnam memiliki kapal yang jauh lebih sedikit.

Baca Juga: Mahfud MD: Pemerintah akan menambah kekuatan alutsista di Natuna

Penilaian itu dilakukan setelah sebuah kapal penjaga pantai Tiongkok dan sebuah kapal penangkap ikan Vietnam bertabrakan
dekat Kepulauan Paracel pada 2 April, dengan masing-masing pihak mengklaim kapal mereka telah ditabrak oleh yang lain.

Kedua negara terlibat dalam sengketa maritim yang berlangsung lama atas klaim sebagian Laut China Selatan, dan sering mengalami perselisihan satu dengan lainnya.

Beijing mengklaim, hampir semua Laut China Selatan sebagai wilayahnya dan telah membangun pulau-pulau buatan dengan fasilitas berkemampuan militer atas terumbu karang dan singkapan di daerah itu, yang juga diklaim sebagian oleh Vietnam.

Baca Juga: Indonesia asks Japan to invest in islands near waters disputed with China

Pengadilan arbitrase internasional di Den Haag memutuskan pada 2016 bahwa klaim bersejarah Tiongkok sebagian besar Laut China Selatan tidak memiliki dasar hukum. China bersumpah untuk mengabaikan putusan tersebut.

Negara-negara Asia Tenggara telah melaporkan peningkatan jumlah kapal Tiongkok di Laut China Selatan. Sebagai contoh, Filipina mengatakan bahwa pada kuartal pertama tahun 2019 telah melihat 275 kapal China - banyak dari mereka kapal penangkap ikan - di sekitar Pulau Thitu, pulau terbesar kedua di kepulauan Spratly, yang telah diduduki oleh Filipina sejak tahun 1971.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×