Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - RIYADH. Iran secara resmi membuka kembali kedutaannya di Arab Saudi pada Selasa (6/6/2023). Hal ini menyusul kesepakatan untuk membangun kembali hubungan dan meredakan persaingan panjang yang memicu konflik di Timur Tengah.
Mengutip Reuters, sebuah upacara diadakan di dalam kompleks kedutaan dengan puluhan diplomat dan pejabat menghadiri pembukaan kembali misi diplomatik untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun.
"Kami menganggap hari ini sebagai hari penting dalam hubungan antara Republik Islam Iran dan Arab Saudi," kata Wakil Menteri Luar Negeri Iran untuk Urusan Konsuler Alireza Bikdeli.
Dia menambahkan, "Kawasan ini akan bergerak Insya Allah menuju kerja sama dan konvergensi yang lebih besar untuk mencapai stabilitas, kemakmuran, dan kemajuan," kata Bikdeli dalam pidatonya saat upacara.
Pada bulan Maret, Iran dan Arab Saudi menyetujui, dalam kesepakatan yang ditengahi oleh China, untuk mengakhiri keretakan diplomatik dan membangun kembali hubungan setelah permusuhan bertahun-tahun yang telah membahayakan stabilitas regional termasuk di Yaman, Suriah dan Lebanon. Kesepakatan itu juga menyoroti pengaruh China yang tumbuh di Timur Tengah.
Baca Juga: 10 Negara Paling Kaya di Asia, Indonesia Masuk Daftar?
Sunni Arab Saudi memutuskan hubungan dengan Syiah Iran setelah penyerbuan kedutaannya di Teheran pada 2016 akibat perselisihan atas eksekusi seorang ulama Muslim Syiah.
Hubungan itu mulai memburuk setahun sebelumnya, setelah Arab Saudi dan Uni Emirat Arab campur tangan dalam perang Yaman, di mana gerakan Houthi yang bersekutu dengan Iran telah menggulingkan pemerintah yang didukung Saudi dan mengambil alih ibu kota Sanaa.
Selain itu, Arab Saudi juga menyalahkan Iran atas serangan rudal dan pesawat tak berawak di fasilitas minyaknya pada 2019 serta serangan terhadap kapal tanker di perairan Teluk. Iran membantah tuduhan itu.
Baca Juga: Kapal Induk Terbesar di Dunia, USS Gerald R. Ford, Mulai Bertugas Bersama NATO
“Diplomasi adalah cara terbaik untuk komunikasi dan dialog antar negara untuk mencapai pemahaman bersama,” kata Bikdeli.