Sumber: The Straits Times | Editor: Noverius Laoli
Tak lama sebelum pertemuan, Trump sempat mengejutkan dunia dengan posting-an di media sosial bahwa Pentagon akan mulai menguji senjata nuklir “dengan kesetaraan” terhadap Rusia dan China, sebuah langkah yang mematahkan moratorium selama puluhan tahun sejak 1992.
Pertemuan ini memiliki dampak besar bagi Asia Tenggara. Jika Trump menurunkan tarif untuk China, para eksportir di kawasan harus bersaing dengan produsen terbesar dunia untuk pasar Amerika.
Beberapa kemungkinan hasil pertemuan termasuk kesepakatan kecil: Tiongkok menunda pembatasan ekspor logam tanah jarang, sementara AS membatalkan ancaman tarif tambahan 100% yang semula akan berlaku pada 1 November.
Baca Juga: China Beli Kedelai AS Menjelang Pertemuan Trump-Xi: Sinyal Damai Dagang?
Kesepakatan ini akan meredakan ketegangan sementara, dengan kemungkinan pencapaian lebih konkret saat Trump melakukan kunjungan ke China awal tahun depan.
Kesepakatan yang lebih substansial bisa mencakup China mengendalikan produksi dan ekspor bahan kimia untuk pembuatan obat fentanyl, melanjutkan pembelian kedelai AS, dan menyetujui penjualan mayoritas saham TikTok milik ByteDance.
Ketiga langkah ini akan menguntungkan basis pemilih Trump dan memperkuat posisi Partai Republik menjelang pemilu paruh waktu tahun depan.
Di sisi lain, China berharap AS melonggarkan kontrol ekspor teknologi tinggi, termasuk kemungkinan pembelian chip AI canggih dari Nvidia, serta mengurangi dukungan untuk Taiwan.
Baca Juga: Trump Perluas Perang Dagang, Siap Kenakan Tarif Tembaga 50%
Isu Taiwan tetap menjadi sorotan utama, mengingat kebijakan Trump selama masa jabatan keduanya yang sempat menurunkan hubungan diplomatik dan menghentikan penjualan paket senjata besar ke pulau tersebut.
Dengan mata dunia tertuju pada Busan, hasil pertemuan Trump dan Xi akan menjadi titik penting bagi perdagangan global dan stabilitas geopolitik di Asia.













