Sumber: BBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
BEIJING. Pertumbuhan ekonomi China di kuartal dua berhasil melampaui ekpektasi. Data yang dirilis pemerintah China menunjukkan, pertumbuhan ekonomi Negeri Panda itu tumbuh 7% pada kuartal kedua dibanding periode yang sama tahun lalu.
Pada kuartal pertama, pertumbuhan ekonomi China turun menjadi hanya 6,6% dan menjadi tingkat pertumbuhan ekonomi terendah sejak 2009. Penyebabnya antara lain lemahnya pasar properti dan anjloknya tingkat produksi manufkatur.
Namun, Beijing sudah merilis sejumlah kebijakan stimulus di tengah perlambatan tersebut.
Bank Sentral China memangkas tingkat suku bunga acuan untuk keempat kalinya sejak November tahun lalu dengan tujuan mengerek kembali aktivitas perekonomian.
Meski demikian, ekonom tetap memprediksi pemerintah China akan terus melakukan pelonggaran kebijakan. Sebab, volatilitas yang terjadi di pasar saham memicu kecemasan akan kemungkinan terjadinya guncangan finansial di negara tersebut.
Frederic Neumann, co-head of Asian economic research HSBC memprediksi akan ada lebih banyak lagi pelonggaran fiskal dan moneter dalam beberapa bulan ke depan yang ditujukan untuk mempertahankan kestabilan pertumbuhan.
"Kebijakan stimulus yang dikeluarkan dalam sembilan bulan terakir sudah menunjukkan hasilnya. Namun, masih banyak hal yang harus dilakukan. Aksi jual di pasar saham membutuhkan lebih banyak lagi pelonggaran kebijakan dalam beberapa bulan ke depan," urai Neumann.
Sekadar informasi, nilai kapitalisasi pasar indeks acuan China -Shanghai Composite- sudah terpangkas hampir sepertiganya dalam tiga pekan dari pertengahan Juni lalu.