Reporter: Edy Can, AP | Editor: Edy Can
TOKYO. Pertumbuhan ekspor Jepang pada Juli lalu berjalan pelan dibandingkan bulan sebelumnya. Penyebabnya karena kehilangan momentum pemulihan ekonomi global dan penguatan yen.
Pada Juli ini, nilai ekspor Jepang hanya naik sebesar 23,5% menjadi 5,98 triliun yen atau sekitar US$ 71 miliar. Sementara pada bulan Juni, nilai ekspor tumbuh sebesar 27,7% dan pada bulan Mei tumbuh 32,1%.
Permintaan yang menurun ini mengancam ekspor Jepang. Saat ini Jepang hanya bergantung pada negara yang tumbuh tinggi seperti China untuk menggerakkan perekonomiannya. Ekspor ke China sendiri naik 22,7%. Sementara ke Amerika naik 25,9% dan Eropa naik 13,3%.
Ekspor Jepang merosot karen harus menghadapi penguatan nilai tukar yen terhadap dollar Amerika Serikat. Sebab, penguatan yen memangkas keuntungan para eksportir seperti Toyota Motor Corp dan Sony Corp. Dan yang paling utama, penguatan yen membuat produk Jepang kurang kompetitif di pasaran.
Para analis memperkirakan ekspor Jepang akan kembali merosot pada bulan-bulan berikutnya. Penurunan ini seiring dengan langkah berbagai negara untuk memangkas stimulus ekonomi.
Perdana Menteri Jepang Naoto Kan sendiri berharap bisa mengucurkan paket stimulus baru untuk memperbaiki kondisi perekonomian Jepang yagn suram. Dia telah bicara dengan Gubernur Bank of Jepang Masaaki Shirakawa untuk mengatasi penguatan yen tersebut.