Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Perusahaan investasi Azoria Partners mengumumkan penundaan pencatatan dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) Azoria Tesla Convexity.
Penundaan ini terjadi setelah CEO Tesla, Elon Musk, menyatakan rencananya untuk membentuk partai politik baru di Amerika Serikat (AS).
Pernyataan Musk tersebut disampaikan sehari setelah ia mengadakan jajak pendapat di platform media sosial X miliknya, dengan pernyataan, "Hari ini Partai Amerika dibentuk untuk mengembalikan kebebasan Anda."
Baca Juga: Apakah Partai yang Diusulkan Elon Musk, 'America Party' bisa Terealisasi?
ETF Tesla dari Azoria awalnya dijadwalkan diluncurkan pekan depan, dengan fokus investasi pada saham dan opsi perusahaan kendaraan listrik tersebut.
Namun, setelah pengumuman Musk, CEO Azoria, James Fishback, menyampaikan kritik terhadap inisiatif politik tersebut melalui akun X.
Ia juga kembali menegaskan dukungannya kepada Presiden AS, Donald Trump.
Fishback kemudian mengumumkan penundaan peluncuran ETF.
“Saya mendorong Dewan untuk segera bersidang, meminta Elon Musk memperjelas ambisi politiknya, dan mengevaluasi apakah langkah tersebut sejalan dengan komitmennya sebagai CEO Tesla,” tulisnya.
Baca Juga: Elon Musk Sebut Pernyataan Trump Sangat Mengecewakan, Perseteruan Kian Memanas!
Menurut Fishback, pengumuman Musk turut menimbulkan kekhawatiran di kalangan pemegang saham terkait masa depan Tesla.
Hal ini menyusul pengunduran diri Musk dari jabatannya sebagai Kepala Departemen Efisiensi Pemerintah pada Mei lalu.
Tesla belum memberikan tanggapan resmi atas permintaan komentar dari Reuters.
Pernyataan Musk ini muncul hanya sehari setelah Donald Trump menandatangani rancangan undang-undang pemotongan pajak dan belanja negara yang disebutnya sebagai “big and beautiful”, yang ditentang keras oleh Musk.
Baca Juga: Hubungan Trump dan Elon Musk Memanas! Saling Sindir di Medsos
Sebagai informasi tambahan, Azoria juga menawarkan ETF lainnya, yaitu Azoria 500 Meritocracy ETF, yang hanya berinvestasi pada 500 perusahaan AS teratas yang tidak menerapkan target perekrutan berbasis program keberagaman, kesetaraan, dan inklusi, sebagaimana tercantum di situs web perusahaan.