Sumber: Newsweek | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hubungan antara Elon Musk dan Presiden Donald Trump tampaknya makin memanas.
CEO Tesla dan SpaceX itu menyebut pernyataan Trump tentang dirinya “sangat mengecewakan,” usai sang presiden menyindirnya terkait subsidi kendaraan listrik dan bahkan mengisyaratkan kemungkinan deportasi.
Perseteruan ini kembali mencuat menyusul pengesahan "One Big Beautiful Bill Act", sebuah paket kebijakan fiskal dan pajak ambisius yang didukung penuh oleh Trump. Elon Musk secara terbuka mengecam RUU tersebut, menyebutnya sebagai “bunuh diri politik” dan “sangat merusak.”
RUU ini mencakup pemotongan pajak besar-besaran, peningkatan belanja militer dan keamanan perbatasan, serta menaikkan plafon utang AS sebesar US$5 triliun, yang menurut Kantor Anggaran Kongres akan menambah defisit sebesar US$3,3 triliun dalam satu dekade ke depan.
Baca Juga: Calon Wali Kota New York Zohran Mamdani Balas Ancaman Deportasi Trump
RUU ini juga memangkas subsidi makanan dan asuransi kesehatan untuk masyarakat berpenghasilan rendah.
Musk menyebut RUU itu sebagai "pemberian hadiah untuk industri masa lalu, sambil merusak industri masa depan."
Trump Sindir Musk Soal Subsidi dan Asal Usul
Melalui akun Truth Social, Trump menyerang Musk atas subsidi besar yang diterima perusahaan-perusahaannya, khususnya Tesla. Ia menulis bahwa tanpa subsidi, Musk “mungkin harus menutup perusahaannya dan pulang ke Afrika Selatan.”
Trump juga menyebutkan kemungkinan Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) — lembaga yang sebelumnya dipimpin Musk — akan menyelidiki pemberian subsidi tersebut.
“Elon Musk mungkin menerima lebih banyak subsidi daripada manusia manapun dalam sejarah. Mungkin kita perlu menyuruh DOGE untuk melihat ini lebih dalam. Ada banyak uang negara yang bisa diselamatkan!” tulis Trump.
Ia juga menegaskan kembali bahwa dirinya menentang mandat kendaraan listrik, yang selama ini menjadi inti bisnis Tesla.
Musk Membalas: “Sangat Mengecewakan”
Tak tinggal diam, Elon Musk langsung merespons melalui akun X (sebelumnya Twitter) dengan menyebut pernyataan Trump sebagai: “Just plain wrong. So disappointing.”
Baca Juga: Portofolio Kripto Donald Trump Anjlok 78% pada Paruh Pertama 2025
Musk menegaskan bahwa dirinya telah menjadi warga negara AS sejak lebih dari dua dekade lalu, sehingga ancaman deportasi tidak berdasar.
Seorang pengguna X, Dalton Brewer, pemilik Tesla asal Minnesota, juga mengomentari unggahan Trump dengan menyebutnya sebagai “salah satu postingan paling bodoh yang pernah dibuat Trump.”
Musk merespons komentar tersebut dengan pernyataan serupa: “Just plain wrong. So disappointing.”
Dari Pendukung Menjadi Lawan Politik?
Ketegangan ini cukup mengejutkan publik, mengingat Elon Musk sebelumnya merupakan salah satu pendukung terbesar kampanye pemilihan ulang Trump pada 2024. Musk dilaporkan menghabiskan lebih dari US$196 juta untuk mendukung kampanye Trump, menurut NBC News.
Namun kini, Musk mulai mempromosikan gagasan membentuk partai politik baru bernama “America Party” sebagai respons atas kebijakan fiskal Trump yang dinilainya berbahaya bagi masa depan ekonomi Amerika Serikat.