kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.911.000   -2.000   -0,10%
  • USD/IDR 16.226   -37,00   -0,23%
  • IDX 6.878   -3,19   -0,05%
  • KOMPAS100 1.002   -0,07   -0,01%
  • LQ45 766   -0,64   -0,08%
  • ISSI 227   0,63   0,28%
  • IDX30 394   -0,39   -0,10%
  • IDXHIDIV20 456   -1,33   -0,29%
  • IDX80 112   0,04   0,04%
  • IDXV30 114   0,89   0,79%
  • IDXQ30 128   -0,45   -0,35%

Apakah Partai yang Diusulkan Elon Musk, 'America Party' bisa Terealisasi?


Kamis, 03 Juli 2025 / 20:26 WIB
Apakah Partai yang Diusulkan Elon Musk, 'America Party' bisa Terealisasi?
ILUSTRASI. Hubungan antara dua tokoh paling berpengaruh di dunia, Presiden AS Donald Trump dan taipan teknologi Elon Musk kembali memanas. REUTERS/Jeenah Moon 


Sumber: France 24 | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hubungan antara dua tokoh paling berpengaruh di dunia, Presiden AS Donald Trump dan taipan teknologi Elon Musk kembali memanas. Putaran kedua dari saga perpecahan mereka dimulai dengan penolakan Musk terhadap rancangan undang-undang pajak dan belanja besar-besaran yang dijuluki “One Big Beautiful Bill”.

Bos Tesla dan SpaceX itu tidak hanya mengkritik RUU tersebut secara terbuka, tetapi juga mengancam akan membentuk partai politik baru bernama "America Party" jika RUU itu disahkan.

Ultimatum Elon Musk: “Kalau Lolos, Kami Bentuk Partai Baru”

Menjelang pemungutan suara di Senat pada Selasa, Musk menulis di platform X:

“Jika RUU pengeluaran gila ini lolos, maka Partai Amerika akan dibentuk keesokan harinya. Negara kita butuh alternatif dari uni-partai Demokrat-Republik agar rakyat benar-benar punya SUARA.”

Ancaman ini bukan pertama kalinya disampaikan. Pada awal Juni, usai mundur dari jabatannya sebagai kepala lembaga “Department of Government Efficiency” (DOGE) dalam pemerintahan Trump, Musk sempat melempar polling kepada para pengikutnya di X tentang pembentukan partai baru.

Baca Juga: Elon Musk Sebut Pernyataan Trump Sangat Mengecewakan, Perseteruan Kian Memanas!

Hasil polling menunjukkan 80% dukungan, yang kemudian ia kutip kembali dengan ungkapan Latin, “Vox Populi, Vox Dei” — suara rakyat adalah suara Tuhan.

Namun para ahli politik mengingatkan bahwa suara di media sosial tidak bisa dianggap sebagai cerminan keinginan rakyat Amerika secara keseluruhan.

Sulitnya Mendirikan Partai Baru di AS

Meskipun Musk memiliki kekayaan luar biasa, para pakar menyatakan bahwa mendirikan partai baru di AS adalah tantangan besar. “Banyak hambatan administratif di tiap negara bagian. Anda perlu ribuan tanda tangan agar bisa masuk surat suara,” jelas Richard Johnson, pengamat politik AS dari Queen Mary University London.

Jérôme Viala-Gaudefroy, penulis buku “Les mots de Trump”, menambahkan bahwa Musk juga kekurangan dukungan publik. “Dia bahkan kurang populer dibanding Trump, dan posisinya tidak disukai pemilih independen maupun Demokrat.”

Platform Politik yang Canggung: Antara Silicon Valley dan Anti-Woke

Visi politik Musk dinilai membingungkan pemilih. Ia kerap mengkritik "ideologi woke", yang membuatnya dijauhi kalangan progresif, namun di sisi lain mendukung tenaga kerja imigran berkeahlian tinggi dan energi hijau, yang bertolak belakang dengan basis pemilih konservatif Trump.

“Dia seperti tech bro kaya dari Silicon Valley yang kecewa dengan liberalisme, tapi tetap punya nilai-nilai ekonomi kalangan elit California,” kata Johnson.

Beberapa tindakannya yang kontroversial—termasuk gestur yang dinilai mirip dengan salam Nazi—semakin menjauhkan dirinya dari spektrum politik arus utama.

Ancaman Serius untuk Partai Republik?

Meski pembentukan partai mungkin hanya gertakan, niat Musk untuk mengalihkan dukungan finansial dari kubu Trump bisa berdampak signifikan. “Jika dia gunakan dananya untuk menjatuhkan kandidat pro-Trump di pemilu sela 2026 atau bahkan dalam pilpres mendatang, itu bisa mengubah peta kekuatan,” ujar Viala-Gaudefroy.

Pergeseran ini terlihat dari hasil voting di Senat atas RUU kontroversial tersebut, yang hanya lolos dengan selisih satu suara—dengan bantuan suara penentu dari Wakil Presiden JD Vance.

Baca Juga: Perang Terbuka Trump vs Elon Musk 'Tanpa Subsidi Elon Harus Pulang ke Afrika Selatan'

Presiden Trump tampaknya menyadari ancaman ini. Menjelang voting, ia mengecam Musk secara terbuka dan bahkan menyatakan akan mempertimbangkan menarik subsidi pemerintah untuk SpaceX dan Starlink, serta menyebut kemungkinan deportasi terhadap Musk, yang merupakan warga naturalisasi asal Afrika Selatan.

“Mungkin kita harus mengirim DOGE untuk mengurus Elon. DOGE itu monster yang mungkin harus kembali dan memakan Elon,” sindir Trump.

Demokrasi Tiga Arah: Ancaman atau Peluang?

Bagi Demokrat, konflik internal Partai Republik ini mungkin seperti hadiah tak terduga. Namun mereka juga berhati-hati. Dukungan dari sosok kontroversial seperti Musk bisa menjadi senjata makan tuan jika tak ditangani dengan bijak.

Musk mungkin tidak punya modal popularitas, tapi modal finansialnya bisa memengaruhi hasil di daerah pemilihan kunci. “Kita sedang menyaksikan semacam perang saudara dalam Partai Republik, dan bagi Demokrat, ini adalah skenario terbaik,” tutup Viala-Gaudefroy.

Selanjutnya: Yupi Indo Jelly Gum (YUPI) Tebar Dividen Jumbo, Berikut Catatan Analis

Menarik Dibaca: 5 Manfaat Senam Kegel untuk Wanita, Bikin Orgasme Lebih Baik!




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×