Sumber: BBC | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - Elon Musk adalah miliarder asal Afrika Selatan yang kini menjadi orang terkaya di dunia menurut Bloomberg, dengan kekayaan diperkirakan mencapai US$ 386 miliar.
Kekayaannya terutama berasal dari saham Tesla, yang melonjak nilainya usai kemenangan Donald Trump dalam Pemilu AS 2024.
Ia memimpin beberapa perusahaan besar seperti Tesla, SpaceX, Neuralink, dan X (sebelumnya Twitter). Lewat platform tersebut, Musk kerap menyuarakan pandangannya dalam berbagai isu, mulai dari teknologi, politik, hingga sosial.
Mengutip BBC, Jumat (20/5/2025), Lahir di Pretoria, Afrika Selatan, Musk menunjukkan minat wirausaha sejak kecil. Ia pindah ke Kanada dan kemudian ke AS untuk kuliah di Universitas Pennsylvania.
Baca Juga: Rekor Baru Elon Musk: Jadi Orang Pertama yang Kekayaannya Melampaui US$ 400 Miliar
Setelah sebentar menjalani program pascasarjana di Stanford, ia keluar dan mendirikan beberapa perusahaan teknologi selama era dotcom, termasuk cikal bakal PayPal yang dijual ke eBay seharga US$ 1,5 miliar.
Musk kemudian mendirikan SpaceX dan bergabung dengan Tesla, awalnya sebagai ketua dewan hingga menjadi CEO pada 2008. Kedua perusahaan ini merevolusi industri masing-masing meski sempat nyaris bangkrut.
Ia juga mengakuisisi Twitter pada 2022 dan menggantinya menjadi X, mengurangi ketergantungan pada iklan dengan sistem berlangganan premium.
Namun, sejak akuisisi itu, X kehilangan banyak pengguna dan pengiklan, sebagian karena meningkatnya ujaran kebencian di platform tersebut. Nilai perusahaan anjlok dari US$ 44 miliar menjadi sekitar US$ 9,4 miliar.
Baca Juga: Respons Elon Musk Usai Ayahnya Sebut Perjalanan Kariernya Didanai Tambang Zamrud
Selain itu, Musk mendirikan perusahaan kecerdasan buatan xAI pada 2023, setelah meninggalkan OpenAI pada 2018. Pada 2024, ia menggugat OpenAI karena dianggap melenceng dari tujuan nirlaba. Setahun kemudian, ia mengajukan tawaran akuisisi yang ditolak oleh CEO OpenAI, Sam Altman.
Kontroversi Politik
Musk terlibat dalam sejumlah kontroversi politik, baik di AS maupun internasional. Ia mendukung Donald Trump dalam Pilpres 2024 dan memainkan peran penting dalam kampanyenya, termasuk memimpin badan baru bernama Department of Government Efficiency (DOGE).
Badan ini bukan lembaga resmi, namun membubarkan sejumlah instansi termasuk USAID.
Tindakan dan pernyataannya memicu reaksi negatif, termasuk penurunan penjualan Tesla akibat boikot konsumen. Beberapa pihak menyebut mobil Tesla dengan julukan "Swasticars" setelah Musk melakukan gestur kontroversial di sebuah acara pro-Trump.
Baca Juga: Ayah Elon Musk Kaitkan Putranya dengan Tambang Zamrud
Musk juga menuai kritik karena mendukung partai sayap kanan Alternatif für Deutschland (AfD) di Jerman, dan menuduh PM Inggris Keir Starmer terlibat dalam skandal pelecehan untuk kepentingan politik.
Survei YouGov menunjukkan mayoritas responden di Inggris dan Jerman memiliki pandangan negatif terhadap Musk.