kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,70   -25,03   -2.70%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perusahaan investasi SoftBank mencatat kerugian Rp 262 triliun pada 2019


Senin, 18 Mei 2020 / 16:18 WIB
Perusahaan investasi SoftBank mencatat kerugian Rp 262 triliun pada 2019


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - TOKYO. SoftBank Group Corp mencatatkan kerugian dari bisnis Vision Fundnya sebesar 1,9 triliun yen atau sekitar US$ 17,7 miliar (Rp 261,9 triliun dengan asumsi Rp 14.800) sepanjang tahun fiskal 2019. Kerugian tersebut terutama karena kalah taruhan di perusahaan startup unicorn WeWork dan Uber Technologies Inc.

Akibatnya, SoftBank Group secara total membukukan kerugian operasi sebesar 1,36 triliun yen dalam 12 bulan yang berakhir Maret. Adapun rugi bersih yang harus ditanggung mencapai 961,6 miliar yen. Kerugian merupakan yang terburuk sepanjang 39 tahun sejarah perusahaan.

Vision Fund yang bernilai US$ 100 miliar yang merupakan kontributor utama SoftBank Grup berubah dari tahun sebelumnya masih untung menjadi buntung akibat salah berinvestasi. Debut publik Uber yang mengecewakan Mei 2019, lalu diikuti oleh kejatuhan WeWork pada bulan September yang memaksa perusahaan harus mengambil langkah penyelamatan.

Baca Juga: Jack Ma mengundurkan diri, Softbank ajukan tiga nama baru

Sementara saat ini, Pendiri SoftBank, Masayoshi Son, sedang berjuang menghadapi dampak dari virus corona (Covid-19) terhadap portofolio startupnyaa. Son dijadwalkan untuk mengadakan pengarahan membahas hasil kinerja pada hari Senin.

SoftBank dalam keterangan resminya yang dikutip Bloomberg, Senin (18/5) menyebut, penurunan harga saham Uber menyumbang kerugian U$$ 5,2 miliar terhadap Vision Fund. Sementara WeWork menyumbang rugi US$ 4,6 miliar dan US$ 7,5 miliar lainnya berasal dari sisa portofolionya.

Vison Fund telah menggelontorkan investasi senilai US$ 75 miliar di 88 perusahaan dan pada tanggal 31 Maret nilainya sudah turun jadi US$ 69,6 miliar. SoftBank juga mencatat kerugian dari investasinya sendiri, termasuk WeWork dan operator satelit OneWeb, yang mengajukan kebangkrutan pada bulan Maret.

Tahun lalu, setelah upaya WeWork untuk go public menjadi berantakan, SoftBank turun tangan untuk mengatur bailout dan menempatkan chief operating officer sendiri, Marcelo Claure, yang bertanggung jawab untuk memutarbalikkan bisnis. Tapi pandemi telah menekan operasinya karena pekerja menghindari untuk berkumpul di Coworking Space.

Sekarang WeWork hanya bernilai US$ 2,9 miliar, turun lebih dari 90% dari puncaknya. SoftBank telah menginvestasikan lebih dari US$ 10 miliar di perusahaan ini.

Investasi Son dalam layanan pemesanan hotel Oyo Hotels & Homes dan Uber, di antara yang terbesar dalam portofolionya, juga bernasib buruk. Oyo, di mana SoftBank telah menginvestasikan sekitar US$ 1,5 miliar, bulan lalu meminta karyawannya cuti di negara-negara di luar pasar India akibat Covid-19.

Baca Juga: Jack Ma mengundurkan diri dari dewan direksi SoftBank, ini alasannya

Ketika kekhawatiran tentang investasi meningkat, Son merespons dengan dua aksi buyback atau pembelian kembali saham secara berurutan. Pembelian kembali 500 miliar yen pertama yang diumumkan pada pertengahan Maret awalnya gagal mengangkat saham SoftBank. Ketika saham jatuh lebih dari 30% di minggu berikutnya, Son meluncurkan tindak lanjut 2 triliun yen.

SoftBank telah menggunakan sekitar setengah dari penjatahan pertama. Perusahaan mengatakan pada hari Jumat bahwa mereka telah membeli 250,6 miliar yen dari sahamnya sendiri sejak 13 Maret di bawah rencana pembelian kembali asli.

Sebelum pendapatan diumumkan, SoftBank berencana untuk menghabiskan hingga 500 miliar yen lebih untuk buyback saham hingga Maret mendatang. Pengumuman ini merupakan bagian dari rencana yang lebih luas untuk menjual aset untuk meningkatkan sebanyak 4,5 triliun yen selama tahun mendatang untuk buyback dan memangkas utang. 

SoftBank kemungkinan akan mengumpulkan dana dengan menjual sahamnya di Alibaba Group Holding Ltd., unit telekomunikasi Jepang SoftBank Corp dan perusahaan yang dihasilkan dari merger Sprint Corp dan T-Mobile US Inc.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×