Sumber: Reuters | Editor: Hendra Gunawan
PARIS. Persaingan dua produsen pesawat terbang dunia, Airbus versus Boeing, semakin sengit. Pada periode Januari-Juli 2014, Airbus masih mengungguli perolehan pesanan pesawat.
Seperti diberitakan Reuters, Senin (4/8), Airbus Group sukses membukukan pesanan pesawat sebanyak 980 unit sepanjang tujuh bulan pertama tahun ini. Pameran kedirgantaraan, Farnborough Airshow yang berlangsung di Inggris bulan Juli lalu, turut menopang pesanan pesawat.
Sementara itu, pihak Boeing mengklaim mendapat pesanan 837 pesawat. Meski jumlah pesanan pesawatnya kalah dari Airbus, pejabat Boeing yang dihubungi Reuters mengaku jumlah pesanan tidak menjadi tolak ukur yang pas. Tolak ukur yang dapat dijadikan acuan dalam persaingan penjualan burung besi, lanjut pejabat Boeing, adalah pemesanan bersih (net orders). Maklum, tidak sedikit pihak pembeli yang belakangan membatalkan pesanannya.
Nah, terkait hal tersebut, Boeing masih mengungguli Airbus. Net orders Boeing selama Januari–Juli 2014 tercatat sebanyak 783 unit. Sementara Airbus baru mencatatkan net orders sejumlah 705 unit.
Dalam catatan manajemen Boeing, per 31 Juli lalu, pihaknya telah menerima pesanan sebanyak 40 pesawat jet berbadan lebar dari Japan's All Nippon Airways.
Boeing sendiri menargetkan pengiriman sebanyak 715 pesawat hingga 725 pesawat dalam tahun ini. Hingga medio tahun 2014, Boeing sudah mengirim 352 unit pesawat kepada para pembelinya.
Meski begitu, manajemen Airbus mengatakan, perolehan pesanan pesawat dalam acara Farnborough Airshow yang berlangsung dua tahun sekali itu, sangat menggembirakan. Bahkan, net orders yang ditargetkan Airbus sepanjang 2014 terpenuhi.
Sekadar catatan, pada Juli lalu, Airbus harus rela menerima pembatalan pemesanan pesawat sebanyak 44 unit. Jumlah itu untuk pesawat jenis A320. Antara lain, pembatalan pesanan 23 unit pesawat A320 dari AirAsia. Selain itu, Latam Airlines Group juga membatalkan pemesanan
16 unit A320.
Tak cuma itu, Airbus melaporkan telah menerima pembatalan enam pesawat jenis A380 superjumbo dari Jepang Skymark Airlines. Tapi, Airbus menolak mengomentari masalah tersebut karena mereka menilai sebagai keputusan internal calon pembeli.