kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

PM Pakistan Imran Khan meminta CEO Facebook melarang konten Islamofobia


Senin, 26 Oktober 2020 / 13:23 WIB
PM Pakistan Imran Khan meminta CEO Facebook melarang konten Islamofobia
ILUSTRASI. PM Pakistan Imran Khan meminta CEO Facebook melarang konten Islamofobia


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - ISLAMABAD. Perdana Menteri Pakistan Imran Khan, pada hari Minggu, telah meminta CEO Facebook Mark Zuckerberg untuk melarang konten Islamofobia di situs tersebut.

Hal itu untuk mencegah peningkatan radikalisasi di kalangan Muslim.

Dalam sebuah surat yang diposting pemerintah Pakistan di Twitter, Imran Khan mengatakan bahwa "Islamofobia yang berkembang" mendorong ekstremisme dan kekerasan di seluruh dunia, terutama melalui platform media sosial seperti Facebook.

“Saya akan meminta Anda untuk menempatkan larangan serupa terhadap Islamofobia dan kebencian terhadap Islam di Facebook yang telah Anda lakukan untuk Holocaust,” kata Khan seperti dilansir Reuters, Senin (26/10).

Baca Juga: WHO Minta Pakistan Berlakukan Lockdown

Facebook mengatakan bulan ini sedang memperbarui kebijakan ujaran kebencian untuk melarang konten apa pun yang menyangkal atau mendistorsi Holocaust.

"Seseorang tidak dapat mengirim pesan bahwa sementara pesan kebencian terhadap beberapa tidak dapat diterima, pesan ini dapat diterima terhadap yang lain," kata Khan, menambahkan bahwa ini adalah "cerminan prasangka dan bias yang akan mendorong radikalisasi lebih lanjut".

Menanggapi seruan Khan, seorang juru bicara Facebook mengatakan kepada Reuters bahwa perusahaan itu menentang semua bentuk kebencian dan tidak mengizinkan serangan berdasarkan ras, etnis, asal negara atau agama.

Baca Juga: Sebagian warga Pakistan abaikan larangan berkerumun dan tetap beribadah berjamaah

"Kami akan menghapus perkataan yang mendorong kebencian ini segera setelah kami menyadarinya," kata juru bicara itu dalam pernyataan yang dikirim melalui email, menambahkan bahwa perusahaan memiliki "lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan".




TERBARU

[X]
×