Reporter: Amalia Fitri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - RIO DE JANEIRO. Presiden berhaluan sayap kanan Brasil, Jair Bolsonaro menilai, krisis dan gelombang imigran akan terjadi jika pemerintahan berhaluan kiri kembali diberlakukan di Argentina.
Pernyataan Bolsonaro tersebut menyusul pukulan yang terjadi pada petahana, Presiden Argentina Mauricio Macri dalam gelaran Pemilu Pendahuluan Argentina, Minggu, (11/8) lalu.
Presiden Macri yang juga berhaluan kanan - tengah dan wakilnya, Miguel Angel Pichetto kalah dari oposisi berhaluan kiri Alberto Fernandez dan Christina Fernandez de Kirchner di posisi 32% suara. Sedangkan oposisi meraih 47% suara.
Dalam sebuah konferensi pers yang berlangsung, Senin (12/8) waktu setempat, Macri berkata akan membalikan posisi suara oposisi dan membentuk kebijakan ekonomi yang mengutamakan rakyat Argentina, saat Pemilu Oktober nanti.
Saat Pemilu Pendahuluan berlangsung dan mengeluarkan hasil, peso Argentina melemah 15% dari dollar Amerika Serikat di posisi 53,5 peso pada perdagangan Senin (12/8).
Sebelumnya, Reuters memberitakan adanya kekhawatiran pasar akan kembalinya rezim Peronist yang berhaluan kiri, sehingga nilai peso anjlok sampai 30% pada perdagangan minggu lalu.
Bolsonaro dan Macri memposisikan diri sebagai musuh politisi berideologi kiri di kawasan Amerika Latin.
Menghadapi kekalahan perolehan suara dalam Pemilu Pendahuluan yang menimpa Macri, Bolsonaro menyebut agar warga Argentina berhati-hati karena ideologi pemerintahan berhaluan kiri, seperti yang dijalankan di Kuba oleh Fidel Castro dan Nicolas Moduro di Venezuela, hanya akan berakhir dengan krisis ekonomi.
"Kita tentu tidak ingin krisis ekonomi terjadi. Bayangkan jika hasil Pemilu Pendahuluan itu terjadi di Oktober, berapa buruknya masa depan Argentina," ujar Bolsonaro sebagaimana dikutip dari Reuters, Selasa (13/8).
Sementara Macri berkata, pihaknya akan berusaha membalikkan hasil perolehan suara pada Oktober mendatang guna menstabilkan nilai mata uang Argentina.
"Saya percaya kita bisa mendapatkan lebih banyak suara sampai di Oktober pada putaran kedua nanti. Bagi mereka yang tidak mau kembali ke pemerintahan masa lalu, bergabunglah dengan kami," tutur Macri, Senin (12/8) sebagaimana dikutip dari Reuters.
Macri merupakan presiden Argentina yang menjabat sejak 2015. Salah satu kebijakan ekonomi populernya adalah memulai gelombang liberalisasi ekonomi di Argentina.
Namun, proyek yang digadang sebagai bentuk pemulihan finansial Argentina tersebut, belum terwujud sampai hari ini. Argentina jatuh ke lubang resesi dengan inflasi lebih dari 55% sejak dirinya menjabat.
Kondisi tersebut akhirnya memaksa Macri mengambil pinjaman dari International Monetary Foundation (IMF).