Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - ASUNCION. Presiden terpilih Paraguay, Santiago Pena, yang merupakan mantan direktur bank sentral yang berintegritas, akan membutuhkan kecerdasan dan ketenangannya untuk memimpin negara Amerika Selatan tersebut melalui tantangan ekonomi dan tekanan petani yang meminta negara tersebut memutuskan hubungan dengan Taiwan.
Mantan ekonom Dana Moneter Internasional (IMF) ini dipilih langsung oleh partai Colorado yang konservatif dan berhasil memenangkan pemilihan presiden dengan perolehan sekitar 43% suara. Pena menyatakan kemenangannya dan penantangnya, Efrain Alegre, mengakui hasil tersebut.
Dalam pidato kemenangannya, Pena menyerukan "persatuan dan konsensus" dan mengatakan bahwa negara tersebut harus menyelesaikan tugas-tugas penting setelah beberapa tahun mengalami stagnasi ekonomi dan defisit fiskal.
Baca Juga: Bank Sentral Kerek Suku Bunga, Pasar Perumahan di Seluruh Dunia Merosot Drastis
Ia akan menghadapi tantangan untuk mengecilkan defisit fiskal yang besar, menenangkan petani yang menyerukan agar Paraguay memutuskan hubungan dengan Taiwan dan membuka hubungan dengan China, serta menangani tuduhan korupsi dari Departemen Keuangan AS yang menimpa pemimpin partainya, Horacio Cartes.
Meski begitu, pendukung Pena mengatakan bahwa ia akan tetap tenang di tengah keributan tersebut. Para pendukungnya menggambarkan Pena sebagai sosok yang berpenampilan bersih, layak, dan memiliki ide-ide bagus dalam kebijakan ramah bisnis yang berfokus pada penciptaan lapangan kerja, menjaga pajak tetap rendah, serta menarik investasi asing.
Sebelumnya, kandidat Partai Colorado telah berjanji untuk memperkuat hubungan diplomatik dengan Taiwan, meski ada tekanan untuk membuka hubungan dengan China yang merupakan konsumen besar kedelai dan daging sapi. Paraguay adalah salah satu dari 13 negara di dunia yang mengakui Taiwan.
Baca Juga: Peru vs Paraguay di Copa America 2021: Kans La Rojiblanca kejutkan La Albirroja
Sementara itu, kritikus mengatakan bahwa Pena adalah anggota elit yang tidak bersentuhan dengan rakyat dan tidak memiliki pengalaman politik, serta dianggap sebagai boneka pemimpin partai dan pendukung utama Cartes. Namun, ia dianggap memiliki ciri khas yaitu memiliki ketenangan yang tak terbatas.
"Dia bukan politisi yang ingin melakukan revolusi, ia ingin melakukan evolusi," kata seorang pengusaha dengan investasi di Paraguay yang mengenal Pena secara pribadi, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.
Pengalaman Hidup
Karier politik Santi Pena melambung ketika aksi protes pada tahun 2016 memaksa Presiden Cartes saat itu untuk membatalkan rencana pencarian masa jabatan tambahan dengan mengubah konstitusi dan memilih Pena sebagai calon penggantinya.
Meskipun ia adalah anggota Partai Colorado, tetapi tidak semua orang yakin bahwa penampilan dan prestasinya di Washington akan disukai oleh para pemilih sehingga ia kalah dalam kontes pemilihan pendahuluan 2018 dari presiden saat ini, Mario Abdo Benitez.
Namun, kali ini Pena kembali mencoba peruntungannya. Dia didukung oleh Cartes, yang oleh beberapa orang dianggap sebagai kekuatan di balik takhta, tetapi menghadapi sanksi AS atas tuduhan korupsi yang telah merusak reputasinya.
Baca Juga: Brasil vs Peru di Semifinal Copa America 2021: Kans La Rojiblanca balas skuad Selecao
Pena menikahi kekasih masa kecilnya dan menjadi seorang ayah untuk pertama kalinya pada usia 17 tahun. Ia belajar ekonomi di Paraguay dan kemudian melanjutkan kuliah di Universitas Columbia di New York.
Dia bekerja sebagai ekonom di bank sentral di Asuncion dan kemudian di IMF di Washington, sebelum kembali ke Paraguay sebagai dewan bank sentral. Pada tahun 2015, ia diangkat sebagai menteri keuangan.