Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - KYIV. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menyatakan kesediaannya untuk mengundurkan diri jika hal itu dapat membawa perdamaian bagi negaranya.
Pernyataan ini disampaikannya dalam konferensi pers pada Minggu (23/2), di mana ia juga menyinggung kemungkinan pertukaran kepergiannya dengan keanggotaan Ukraina di NATO.
"Jika itu berarti perdamaian bagi Ukraina dan jika saya benar-benar harus meninggalkan jabatan ini, saya siap," ujar Zelenskiy. Ia juga menambahkan, "Saya dapat menukar ini dengan keanggotaan NATO, jika itu menjadi syaratnya."
Baca Juga: Paus Fransiskus Bertemu Presiden Ukraina Zelenskiy di Vatikan
Sikap Zelenskiy ini muncul di tengah desakan mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mendorong pemilihan umum di Ukraina.
Trump sebelumnya menyebut Zelenskiy sebagai "diktator" dan mengklaim secara keliru bahwa tingkat persetujuan publik terhadapnya hanya empat persen. Padahal, hasil jajak pendapat terbaru menunjukkan angka dukungan sebesar 63%.
Trump juga menyoroti masa jabatan Zelenskiy yang resmi berakhir pada 2024. Rusia telah menggunakan hal ini untuk mempertanyakan legitimasi kepemimpinannya.
Namun, berdasarkan undang-undang Ukraina, pemilu tidak dapat dilaksanakan selama keadaan darurat militer yang diberlakukan sejak invasi Rusia pada Februari 2022.
Baca Juga: Paus Fransiskus Akan Bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy Jumat Ini
Menanggapi klaim Trump, Zelenskiy menyebutnya sebagai bentuk misinformasi yang dapat berdampak negatif. "Saya yakin itu bukan kesalahan, melainkan disinformasi yang disengaja," ujarnya.
Zelenskiy juga menegaskan bahwa ia tidak akan berkuasa dalam jangka panjang, tetapi tidak akan membiarkan Presiden Rusia Vladimir Putin menguasai wilayah Ukraina. Ia menolak gagasan pemilihan umum di tengah perang skala penuh, yang juga didukung oleh lawan politik domestiknya.