kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Presiden Venezuela: Amerika Serikat hampir di ambang perang saudara


Senin, 11 Januari 2021 / 14:47 WIB
Presiden Venezuela: Amerika Serikat hampir di ambang perang saudara
ILUSTRASI. Presiden Venezuela Nicolas Maduro menghadiri pertemuan dengan perwakilan internasional untuk mendukung pemerintahannya di Caracas, Venezuela 26 Februari 2019.


Sumber: TASS | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - BOGOTA. Presiden Venezuela Nicolas Maduro dalam pidatonya di Minggu (10/1) mengatakan, perkembangan terbaru di Amerika Serikat menunjukkan, masyarakat negeri uak Sam terpecah, menempatkan negara itu di ambang perang saudara

"Amerika Serikat berada dalam krisis. Masa jabatan Joe Biden di kantor kepresidenan akan dimulai dalam skenario terburuk yang meliputi polarisasi negatif, perpecahan, kebencian, dan konfrontasi. Hampir di ambang perang saudara," katanya seperti dikutip TASS.

Pada Rabu (6/1) pekan lalu, pendukung Presiden Donald Trump menyerbu gedung Capitol untuk menghentikan anggota parlemen mengesahkan hasil Pemilihan Presiden 2020 dengan kemenangan Joe Biden. Pelantikan Biden pada 20 Januari.

Hanya, Maduro mengungkapkan, Trump berusaha untuk menghancurkan Venezuela dan membunuhnya.

"Tujuan utama Donald Trump dalam empat tahun berkuasa adalah Venezuela, untuk menghancurkan kami dan saya. Dia menelepon untuk membunuh saya beberapa kali," ungkapnya.

Baca Juga: Maduro tuding CIA komandoi aksi terorisme di Venezula

Maduro percaya, Trump melambangkan "kebencian maksimum, kekerasan, dan agresi dalam politik global".

Krisis politik di Venezuela meningkat pada 23 Januari 2019, ketika Juan Guaido, pemimpin oposisi Venezuela dan ketua parlemen, menyatakan dirinya sebagai presiden sementara pada rapat umum di Caracas. 

Beberapa negara, termasuk AS, sebagian besar negara Uni Eropa, anggota Grup Lima (tidak termasuk Meksiko), Australia, Albania, Georgia, dan Israel, serta Organisasi Negara-negara Amerika, mengakui Guaido sebagai Presiden. 

Maduro mengecam langkah itu sebagai kudeta yang dilakukan oleh Washington dan mengatakan, dia memutuskan hubungan diplomatik dengan AS. Sebaliknya, Rusia, Belarusia, Bolivia, Iran, Kuba, Nikaragua, El Salvador, Suriah, dan Turki menyuarakan dukungan untuk Maduro.

Selanjutnya: AS: Ada sanksi bagi pemerintah dan perusahaan yang bantu Iran kirim BBM ke Venezuela



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×