Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
Toyota Motor Corp mengatakan pendekatannya yang lambat terhadap mobil serba listrik melindungi pilihan konsumen, tetapi strategi tersebut merugikan penjualan di China, kata para analis.
"Jepang adalah pecundang terbesar dari perang harga sejauh ini," kata Bill Russo, pendiri dan CEO Automobility, sebuah konsultan yang berbasis di Shanghai.
"Dengan semakin terjangkaunya EV, mereka menjadi lebih menarik bagi pembeli inti yang selama ini menolak, pembeli merek asing. Jadi, Anda bisa melihat tulisannya di dinding."
Baca Juga: Selangkah Lebih Dekat, China Berambisi Kuasai Pasar Otomotif Global
Pangsa penjualan mobil Jepang di China merosot menjadi 18,5% pada kuartal pertama, turun dari 24% pada tahun 2020, data industri dari Asosiasi Produsen Mobil China yang dianalisis oleh Reuters menunjukkan.
Toyota dan merek mewahnya Lexus membukukan penurunan 14,5% pada penjualan kuartal pertama.
"Kami perlu meningkatkan kecepatan dan upaya kami untuk memenuhi harapan pelanggan di pasar China," kata CEO Toyota Koji Sato dalam sebuah wawancara bulan lalu.
Penjualan Nissan Motor Co Ltd turun 45,8% dan penjualan Mazda Motor Corp turun 66,5% di kuartal pertama. Honda Motor Co Ltd mengalami penurunan 38,2%.
Chief Executive Honda Toshihiro Mibe mengakui pembuat mobil itu tertinggal dari pesaing China dalam beberapa teknologi perangkat lunak.
Baca Juga: Toyota Kukuhkan Posisi Sebagai Produsen Mobil Terlaris Dunia 2022
Pembuat mobil China "jauh di depan kita dari yang kita harapkan," kata Mibe kepada wartawan pada presentasi di Tokyo yang berfokus pada upaya Honda dalam mengemudi otonom dan layanan seperti game.
Pembuat mobil Jepang membangun reputasi mereka berdasarkan faktor-faktor seperti daya tahan, tetapi pergeseran di China menunjukkan daya tarik mobil listrik dengan harga lebih rendah dan penawaran baru berdasarkan perangkat lunak, kata Masatoshi Nishimoto, analis riset utama di S&P Global Mobility di Tokyo.
"Produsen mobil Jepang bisa menghadapi perjuangan serupa di Amerika Serikat seperti di China," katanya.