kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.755   0,00   0,00%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Protes Hong Kong memanas, sejumlah perusahaan ogah IPO


Kamis, 15 Agustus 2019 / 18:01 WIB
Protes Hong Kong memanas, sejumlah perusahaan ogah IPO
ILUSTRASI. Unjuk rasa menentang RUU Ekstradisi di Hong Kong


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

Menurutnya, rencana bisnis jangka panjang di pasar Hong Kong terlihat melemah di sisa tahun ini, dan bisa menjadi lebih buruk jika China memutuskan untuk mengambil langkah tegas.

Akibat kondisi ini, benchmark Hang Seng Index tercatat anjlok 12% selama tiga minggu terakhir karena bentrokan antara demonstran dan polisi menjadi semakin keras.

Baca Juga: Pasukan paramiliter China berlatih di dekat perbatasan Hong Kong

Hal ini meningkatkan kekhawatiran bahwa pihak militer China bisa campur tangan untuk memulihkan ketertiban. Sementara itu, Indeks S&P 500 truun sekitar 5% selama periode yang sama.

Hal ini menjadi sangat penting bagi Hong Kong, sebab perekonomian kota tersebut mayoritas bergantung pada industri keuangan. Perusahaan-perusahaan asa China menyumbang US$ 9 miliar dari US$ 11 miliar yang dihimpun melalui IPO di negara bekas koloni Inggris tahun ini.

Selain itu, sekitar 80% dari penjualan obligasi berasal dari industri keuangan. Selain itu, pinjaman dalam nilai jumbo terkait dengan China oleh bank-bank di Hong Kong nilainya mencapai lebih dari US$ 500 miliar pada akhir kuartal I 2019, menurut data Otoritas Moneter Hong Kong.

Baca Juga: Yield obligasi anjlok di seluruh kawasan Asia Pasifik, kecuali Indonesia dan India

Beberapa ahli memandang, Hong Kong tengah menghadapi persaingan dari sisi hubungan internasional seperti AS dan Singapura serta pusat keuangan di China.

Pelonggaran pembatasan investasi asing secara bertahap telah mengubah Shanghai dan Shenzhen menjadi opsi yang semakin layak bagi perusahaan China yang berniat mencari akses dana ke luar negeri dibanding Hong Kong.

Kendati demikian, beberapa pelaku usaha tetap memandang China Inc meninggalkan sistem keuangan Hong Kong secara massal. Pasar AS dipandang sebagai tempat yang lebih stabil, hanya saja beberapa emiten China kurang tertarik untuk berinvestasi di AS dalam beberapa bulan terakhir karena kondisi perang dagang antara kedua negara kian memburuk.

Baca Juga: Perang dagang memanas, China pangkas impor emas

Salah satu yang menjadi sorotan bagi publik saat ini adalah usulan mega-listing Alibaba Group Holding Ltd di Hong Kong. Raksasa e-commerce ini telah mengajukan permohonan untuk menggalang dana sebanyak US$ 20 miliar di Hong Kong. 

Namun beberapa orang yang akrab dengan masalah ini mengatakan pada bulan Juni 2019 lalu bahwa pihak Alibaba belum memberikan keterangan resmi sejak protes meningkat.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×