Sumber: Yonhap,Yonhap | Editor: S.S. Kurniawan
Kedua belah pihak akan melakukan konsultasi tambahan mengenai rencana terperinci mengenai bagaimana dan kapan Indonesia akan melakukan pembayaran yang terlambat untuk proyek pertahanan, yang saat ini mencapai 800 miliar won.
“Indonesia mungkin kesulitan melakukan pembayaran tunggakan sekaligus karena situasi yang sangat sulit, termasuk pandemi COVID-19,” kata seorang pejabat DAPA, seperti dikutip Yonhap. "Tetapi, negosiasi telah berjalan berdasarkan rasa saling percaya".
Soal rencana Indonesia membayar dalam bentuk barang, pejabat DAPA itu mengatakan, belum ada keputusan tentang barang apa yang akan ditawarkan. Namun, dia mencatat, kemungkinan adalah minyak kelapa sawit mentah (CPO).
Sejak April lalu, tiga prototipe jet tempur KF-21 satu kursi telah diluncurkan untuk tujuan pengujian. Yang keempat akan diresmikan pada Desember nanti di bawah skema untuk menghasilkan total enam prototipe untuk proyek pertahanan, DAPA menambahkan.
"Kami akan bersama sampai pengembangan selesai dan kedua negara (Korea Selatan dan Indonesia) bersama-sama memanfaatkan pasar negara ketiga dengan sistem produksi massal," kata Presiden Korea Selatan Moon Jae-In saat meresmikan peluncuran prototipe jet berwarna abu-abu bernama KF-21 Boramae itu, seperti dilansir Yonhap.