Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Perusahaan asal Swiss-Belanda Allseas mengatakan telah menunda proyek pembangunan pipa gas alam utama yang menghubungkan Rusia ke Jerman.
Mengutip Reuters, Minggu (22/12), langkah ini dilakukan untuk menghindari sanksi dari Amerika Serikat (AS) yang terkandung dalam undang-undang dan juga ditandatangani oleh Presiden AS Donald Trump.
Upaya ini tentu kembali menimbulkan keraguan tanggal penyelesaian proyek senilai US$ 11 miliar yang menurut pemerintah Rusia akan selesai dalam hitungan bulan ke depan.
Selain itu, penundaan ini juga membahayakan rencana untuk mempercepat penjualan gas alam Rusia ke Eropa lewat jalur pipa.
Partisipasi dari perusahaan swasta Allseas, yang merupakan spesialis konstruksi dan pemasangan pipa bawah laut merupakan bagian integral dari penyelesaian Nord Stream 2 yang dipimpin oleh perusahaan energi Rusia Gazprom.
"Dalam mengantisipasi berlakunya National Defense Authorization Act (NDAA), Allseas telah menangguhkan kegiatan pembangunan pipa Nord Stream 2," ujar perusahaan dalam pernyataan resminya, Sabtu (21/12).
Meski begitu, Allseas menyebut akan melanjutkan proyek tersebut sesuai dengan undang-undang dan mengharapkan adanya klarifikasi dari sisi peraturan, teknis dan lingkungan yang diperlukan dari pihak otoritas AS.
Rencana undang-undang (RUU) nasional tahunan berisi banyak peraturan. Sebelumnya Senator dari Partai Republik AS Ted Cruz dan Senator Demokrat Jeanne Shaheen telah menjatuhkan sanksi pada perusahaan yang memasang pipa untuk proyek yang akan menggandakan kapasitas pipa ke Jerman.
RUU tersebut juga meminta untuk dilakukannya identifikasi perusahaan yang mengerjakan proyek dalam waktu 60 hari, untuk menentukan sanksi yang bakal dijatuhkan. Nah, kemungkinan hal ini bisa dilakukan lebih cepat, artinya sanksi bisa dijatuhkan lebih awal.
Nord Stream 2 akan memungkinkan Rusia untuk memotong perjalanan dari Ukraina dan Polandia dalam hal pengiriman gas dari bawah laut Baltik ke Jerman.
Dari sisi pembiayaannya, Gazprom mengambil setengah dari jumlah proyek yang direncanakan, sementara sisanya dibagi kepada lima perusahaan energi Eropa yakni OMV Austria, Uniper dan Wintershall Jerman, Royal Dutch Shell dan Engie Prancis.
Pemerintah Trump, sama seperti pemerintahan Obama juga sudah menentang proyek tersebut dengan alasan hal ini bisa memperkuat cengkraman ekonomi dan politik Presiden Rusia Vladimir Putin atas Eropa. Apalagi, Rusia bisa memangkas biaya pengiriman bahan bakar ke Ukraina dan sebagian Eropa yang bisa berpengaruh pada perselisihan harga.
"Kami memiliki tingkat konsistensi lebih dari satu dekade menentang masalah ini, di seluruh administrasi kepresidenan," ujar salah satu pejabat AS.
AS di lain pihak telah menjadi produsen minyak dan gas utama dunia dalam beberapa tahun terakhir dan secara agresif mencoba menjual produknya ke luar negeri. Pemerintahan Trump bahkan telah menggembar-gemborkan gas alam cair AS sebagai bentuk baru bahan bakar alternatif Eropa.
Selain itu, Washington pernah mengatakan bahwa Nord Stream 2 juga kemungkinan akan menghilangkan biaya angkutan gas Ukraina sebesar miliaran dolar. Jerman di lain pihak membutuhkan gas untuk menyapih diri dari batu bara dan tenaga nuklir.