Sumber: Cointelegraph | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah dominasi perusahaan pertambangan kripto skala besar, seorang penambang individu berhasil mencatat prestasi luar biasa dengan menambang satu blok Bitcoin secara mandiri pada Sabtu lalu.
Penambang tersebut berhasil memperoleh hadiah blok sebesar 3,125 BTC, senilai sekitar US$372.773 atau setara lebih dari Rp6 miliar (kurs Rp16.000/USD).
Sukses Tambang Blok 907283 Lewat Pool Solo CK
Penambangan blok ini dilakukan melalui Solo CK Pool, layanan khusus untuk penambang individu yang memungkinkan individu untuk berkontribusi langsung ke jaringan tanpa bergabung dalam pool besar.
Baca Juga: Robert Kiyosaki Prediksi Gelembung Bitcoin Akan Pecah, Benarkah?
Blok yang berhasil ditambang adalah blok nomor 907283, yang berisi 4.038 transaksi serta biaya transaksi tambahan sebesar US$3.436.
Meski peluangnya sangat kecil, kasus seperti ini menunjukkan bahwa penambang individu masih memiliki peluang, meski sangat terbatas, untuk sukses di tengah dominasi industri pertambangan skala besar.
Bukan Kejadian Pertama di 2025
Keberhasilan penambang individu ini bukanlah yang pertama tahun ini. Pada Februari 2025, seorang penambang individu juga berhasil menyelesaikan satu blok dan menerima hadiah lebih dari US$350.000. Bahkan, awal Juli lalu, penambang dengan kekuatan komputasi hanya 2,3 petahash juga berhasil mendapatkan hadiah blok.
Keberhasilan-keberhasilan ini menjadi pengingat bahwa, meskipun peluangnya kecil, "David" dalam dunia tambang masih bisa mengalahkan "Goliath".
Kesulitan Jaringan dan Hashrate Terus Meningkat
Meningkatnya tingkat kesulitan jaringan Bitcoin, yang saat ini berada di kisaran 126 triliun, menandakan bahwa sistem penambangan semakin kompetitif.
Hashrate jaringan pun kini mendekati level tertinggi sepanjang masa, membuat penambang harus menginvestasikan lebih banyak daya komputasi dan energi untuk mendapatkan hasil yang sama — yakni 3,125 BTC per blok.
Baca Juga: Michael Saylor Tambah Koleksi Bitcoin, Strategy Kini Kantongi 607.770 BTC
Industri ini kini semakin dijalankan dengan margin keuntungan yang tipis, memaksa perusahaan tambang besar untuk mencari energi murah dan lokasi operasional optimal agar bisa tetap bertahan. Faktor cuaca, ketersediaan energi, dan kondisi iklim sangat memengaruhi kelangsungan operasi.
Perusahaan Tambang Besar Pun Tertekan
Bahkan perusahaan pertambangan besar seperti Marathon Digital Holdings (MARA) pun terkena dampaknya. Pada bulan Juni, beberapa perusahaan tambang di Texas terpaksa mengurangi konsumsi energi mereka untuk menghindari biaya listrik saat permintaan puncak, menyebabkan produksi blok menurun dalam jangka pendek.
Beberapa dari mereka kini mulai diversifikasi bisnis ke pusat data kecerdasan buatan (AI) dan komputasi performa tinggi sebagai strategi menghadapi penurunan pendapatan dari aktivitas penambangan.