Sumber: Cointelegraph | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penulis buku laris Rich Dad Poor Dad, Robert Kiyosaki, kembali membuat pernyataan kontroversial terkait Bitcoin. Berbeda dengan sebagian besar analis kripto yang saat ini cenderung optimistis, Kiyosaki justru memperingatkan bahwa Bitcoin bersama emas dan perak tengah berada di ambang kehancuran akibat gelembung harga yang segera pecah.
“Gelembung-gelembung akan mulai pecah. Saat itu terjadi, kemungkinan besar emas, perak, dan Bitcoin juga akan ikut runtuh,” kata Kiyosaki pada Senin. Ia menambahkan, saat itulah ia akan mulai membeli kembali.
Kontradiksi Sikap terhadap Bitcoin
Pernyataan terbaru ini tampak berlawanan dengan komentar Kiyosaki sebelumnya. Pekan lalu, saat Bitcoin mencetak rekor tertinggi baru di atas US$120.000, Kiyosaki justru menyebut pencapaian itu sebagai “kabar buruk bagi mereka yang belum mengambil keputusan membeli.”
Baca Juga: Siapa Pemilik Bitcoin Terbanyak di Dunia pada Tahun 2025? Ini Daftarnya
Ia juga sempat memperingatkan investor untuk tidak terbawa euforia pasar:
“Babi menjadi gemuk, babi rakus disembelih. Saya membeli satu [Bitcoin] lagi… dan menjadi lebih gemuk,” ucapnya, namun kemudian menegaskan bahwa ia tidak akan membeli lagi “sampai tahu ke mana arah ekonomi berjalan.”
Namun, pada awal Juli, Kiyosaki juga sempat mengecam pihak-pihak yang terus-menerus memperingatkan potensi kehancuran Bitcoin. Ia menyebut mereka sebagai “clickbait losers” yang hanya ingin menakut-nakuti investor spekulatif.
Kritik Terhadap Prediksi Kiyosaki
Newsletter pasar keuangan Brew Markets mencatat bahwa Kiyosaki kerap membuat prediksi soal kehancuran pasar saham dan kripto, namun beberapa kali terbukti tidak akurat.
Lebih lanjut, muncul kekhawatiran bahwa perusahaan-perusahaan yang menyimpan Bitcoin dalam jumlah besar (Bitcoin treasuries) bisa menghadapi death spiral atau spiral kematian jika harga BTC turun tajam.
Namun, hal ini dibantah oleh Direktur Strategi Bitcoin, Joe Burnett. Menurutnya, perusahaan-perusahaan tersebut tidak sedang bereksperimen, melainkan mengonversi modal mereka langsung ke bentuk uang digital.
“Mereka tidak sedang menguji ide, mereka langsung membeli uang — yaitu Bitcoin itu sendiri,” jelas Burnett.
Saran untuk Investor: Lakukan Riset Sendiri
Chief Investment Officer Apollo Capital, Henrik Andersson, menyarankan agar investor tidak bergantung pada pendapat influencer.
Baca Juga: Diam-Diam BlackRock Serok Bitcoin Rp 6,7 Triliun, Kini Kuasai 3,6% Suplai BTC Dunia
“Investor sebaiknya melakukan riset sendiri ketimbang hanya mendengarkan para influencer,” ujar Andersson kepada Cointelegraph.
Sementara itu, kolektor NFT dan pendiri koleksi Furyou, yang dikenal dengan nama “Cape”, juga menyindir bahwa Bitcoin telah dicap sebagai gelembung dan penipuan “setiap tahun sejak diciptakan.”
Siklus Pasar Bitcoin dan Prediksi Tahun 2025
Sejak pertama kali diluncurkan, Bitcoin dikenal memiliki siklus pasar empat tahunan, dengan tren bullish biasanya mencapai puncak pada tahun keempat — dan tahun 2025 diyakini sebagai tahun puncak siklus berikutnya.
Beberapa analis memperkirakan harga Bitcoin bisa mencapai antara US$130.000 hingga US$200.000 sebelum akhir tahun ini. Indikator pasar dari CoinGlass juga menunjukkan bahwa puncak bull market masih jauh, dengan tidak satupun dari 30 indikator utama yang mengindikasikan bahwa harga sudah mencapai puncaknya.